Mohon tunggu...
Rudianto Kribs
Rudianto Kribs Mohon Tunggu... lainnya -

Kribo dan Merantau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Bukan Hanya Pulau Jawa

2 September 2011   23:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah apapun yang terjadi di Pulau Jawa selalu menjadi berita nasional. Dari pemadaman listrik, aliran PAM yang macet, jalan rusak, jembatan ambrol, sekolah ambruk dan kelangkaan BBM, yang terjadi di Pulau Jawa sudah dipastikan seluruh Indonesia tahu. Tapi kondisi di pulau yang lain, tarohlah empat pulau besar lainnya lebih parah daripada Jawa, jarang sekali diperhatikan. Boro-boro diperhatikan, sudah terekspos saja sudah untung. Padahal kalo dipikir kondisi di Jawa relatif lebih nyaman dibanding di wilayah Indonesia lainnya.

Saya ambil contoh Pulau Kalimantan, lebih tepatnya di Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Yang namanya pemadaman listrik hampir tiap hari terjadi. Kritikan sudah kerap dilayangkan ke PLN sebagai instansi penyedia jasa listrik namun jawabannya hampir selalu sama: pemadaman dilakukan karena mesinnya sedang dalam perbaikan. Tak heran masyarakat sudah tidak peduli dan kaget bila tiba-tiba terjadi mati listrik. Coba bayangkan jika itu terjadi di Jawa, Dirut PLN pasti sudah dicopot.

Hal yang sama juga terjadi pada soal bahan bakar minyak. Bensin dan solar sering terjadi kelangkaan. Sebenarnya tidak tepat terjadi kelangkaan karena pada kenyataannya di pinggir jalan banyak penjual eceran terutama bensin premium banyak tumbuh bak cendawan di musim hujan. Mereka mengemas premium dalam botol kemasan 1 liter dan liter. Bahkan jerigen dengan kapasitas kurang lebih 25 liter mereka juga menyediakan. Aksi borong yang dilakukan oleh pedagang atau yang lebih dikenal pelangsir sudah bukan rahasia lagi. Mereka terang-terangan membeli premium dalam jumlah yang sangat besar. Agaknya kegiatan ini sudah menjadi persekongkolan antara pelangsir dengan petugas SPBU (operator). Setiap liter premium yang dibeli pelangsir, operator SPBU akan diberi jatah sekitar Rp 300,00. Jelas hal ini akan sangat menguntungkan operator. Perlu diketahui, pada saat kondisi normal, harga premium eceran berkisar di harga Rp 6.000,00. Sementara ketika pasokan premium sulit, harga eceran premium berkisar Rp 7.000,00. Bahkan pernah menembus Rp 9.000,00 per liternya. Jelas yang sangat dirugikan adalah masyarakat umum. Aksi borong yang dilakukan pelangsir jelas merugikan masyarakat umum. Pasalnya di SPBU antrian didominasi para pelangsir. Sekali ngantri bisa memakan waktu seperempat sampai setengah jam. Waktu yang tidak sebentar.

Masalah yang saya kemukakan di atas saya pikir hanya baru sebagian kecilnya saja yang setidaknya menggambarkan kondisi di luar Jawa.  Butuh perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk mengatasi kesenjangan antara Pulau Jawa dengan wilayah yang lain. Jika kondisinya seperti ini terus dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas nasional yang mengancam keutuhan NKRI.

Sudah saatnya pembangunan dialihkan ke luar Jawa, terutama Indonesia bagian tengah dan timur. Wacana pemindahan ibukota negara mungkin bisa menjadi salah satu alternatif solusi. Pemindahan pusat kekuasaan biasanya diikuti dengan pemindahan pusat perekonomian.

Pulau Jawa sudah terlalu sesak dengan seribu masalah yang berjubel. Tidak jaman lagi Jawa dijadikan miniatur Indonesia. Wilayah lain hanya dijadikan pemain tambahan, bahasa kasarnya anak tiri. Indonesia bukan hanya Jawa. Masih ada Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan ribuan pulau lainnya. Bukankah negara ini negara kesatuan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya? Makmur di satu pulau maka makmur pula di pulau yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun