Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lupakan Saja

15 Januari 2025   18:54 Diperbarui: 15 Januari 2025   18:54 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Dreamstime.com)

Lupakan Saja

Bayangan itu masih saja singgah di relung hati,
Mungkin waktu itu kita terlalu percaya mimpi.
Langit senja menjadi saksi janji yang tak terpenuhi,
Menggenggam rindu seperti menahan angin yang pergi,
Jadi lupakan saja, biarkan waktu menghapus memori,
Agar hidup ini tak lagi terhenti di kenangan sunyi.

Langkah ini terasa berat melintasi hari,
Mungkin waktu itu, cinta adalah takdir yang pasti.
Namun, angin membawa kabar tentang perpisahan,
Mengubur harapan yang pernah kita bangun perlahan,
Jadi lupakan saja, lepaskan beban di hati,
Biarkan luka menjadi kisah yang akhirnya mati.

Saat malam datang, aku masih termenung sendiri,
Mungkin waktu itu, kita terlalu cepat berlari.
Menggapai mimpi-mimpi yang tak sempat berakar,
Lalu jatuh dalam kebisuan yang begitu menyakar,
Jadi lupakan saja, biarkan semuanya berlalu,
Tak perlu memutar ulang kisah yang telah beku.

Ada rasa yang masih tersisa di balik sunyi,
Mungkin waktu itu, kita takut menghadapi realiti.
Lalu kata-kata berubah menjadi senjata,
Mengiris luka di jiwa yang sudah lelah terluka,
Jadi lupakan saja, jangan lagi berpaling ke belakang,
Biarkan takdir meluruskan langkah yang hilang.

Kupikir cinta akan menyembuhkan segalanya,
Mungkin waktu itu, kita terlalu menggantungkan asa.
Namun, badai datang memecahkan perahu kecil ini,
Menghanyutkan mimpi yang pernah kita peluk erat di sini,
Jadi lupakan saja, biarkan angin membawa pergi,
Semua rasa yang pernah mengikat hati.

Hidup ini terlalu singkat untuk terus meratapi,
Mungkin waktu itu, kita buta oleh ilusi.
Kita menggambar pelangi tanpa warna sejati,
Dan kini hanya sisa abu dari api yang pernah menyala pasti,
Jadi lupakan saja, terimalah bahwa kita hanya manusia,
Yang sering terjatuh oleh cinta tanpa arah dan makna.

Aku mencoba tersenyum di tengah keramaian,
Mungkin waktu itu, kesunyian membuat kita bertahan.
Namun, cinta yang memaksa hanya menyisakan luka,
Mengukir kenangan yang terus membakar jiwa,
Jadi lupakan saja, tak ada lagi yang harus dipertahankan,
Biarkan semua berlalu bersama hembusan angin yang pelan.

Langit biru berubah menjadi kelabu,
Mungkin waktu itu, kita tak memahami cinta itu semu.
Kita menggali dasar tanpa tahu seberapa dalam,
Dan akhirnya jatuh dalam jurang penuh keheningan,
Jadi lupakan saja, jangan biarkan kenangan itu kembali,
Biarkan hati ini belajar untuk berdiri sendiri.

Ada jejak langkah yang tertinggal di pasir waktu,
Mungkin waktu itu, kita tak pernah berpikir jauh.
Kita hanya menari di atas gelombang kebahagiaan,
Tanpa tahu badai akan datang tanpa peringatan,
Jadi lupakan saja, biarkan semuanya menjadi pelajaran,
Agar cinta berikutnya tak lagi membawa kehancuran.

Setiap pagi membawa cerita baru untuk dijalani,
Mungkin waktu itu, kita terlalu terikat pada janji.
Namun janji itu retak oleh tekanan waktu dan keadaan,
Meninggalkan kita di tengah kekosongan dan kesedihan,
Jadi lupakan saja, biarkan fajar menyembuhkan luka ini,
Dan bawa kita menuju hari yang lebih berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun