Pengantar: Mengenal Jean-Paul Sartre
Jean-Paul Sartre (1905–1980) adalah seorang filsuf, penulis, dan aktivis asal Prancis yang diakui sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam aliran filsafat eksistensialisme. Keberadaannya dalam dunia filsafat sangat penting karena pandangannya yang mendalam tentang kebebasan manusia, tanggung jawab moral, dan pencarian makna hidup. Sartre menolak pandangan bahwa manusia terlahir dengan tujuan atau esensi yang sudah ditentukan, sebagaimana pandangan tradisional dalam filsafat. Sebaliknya, ia percaya bahwa manusia harus menciptakan makna hidup mereka sendiri melalui pilihan-pilihan yang mereka buat.
Sartre menekankan kebebasan sebagai inti dari eksistensi manusia. Namun, kebebasan ini bukanlah kebebasan yang tanpa batas; ia datang dengan tanggung jawab yang sangat besar. Sartre mengungkapkan bahwa sering kali individu terjebak dalam penipuan diri mereka sendiri, dalam apa yang ia sebut sebagai "bad faith" (kejahatan diri sendiri), untuk menghindari tanggung jawab moral yang datang dengan kebebasan tersebut. Pandangan kritis Sartre terhadap norma sosial, otoritas, dan struktur yang ada, serta pengaruh besar terhadap gerakan sosial di masanya, menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam pemikiran modern, yang tak hanya memengaruhi filsafat tetapi juga politik, seni, dan budaya.
Pemikirannya mengajukan pertanyaan mendalam tentang esensi manusia, kebebasan, eksistensi, dan tanggung jawab moral. Pertanyaan-pertanyaan ini sangat relevan dalam banyak aspek kehidupan, salah satunya dalam memahami perilaku korupsi. Melalui artikel ini, kita akan menganalisis bagaimana pemikiran Sartre dapat menjelaskan perilaku korup, dengan menyoroti konsep-konsep kebebasan, tanggung jawab moral, dan bad faith.
Korupsi dalam Pandangan Sartre: Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Bad Faith
Korupsi adalah masalah yang lebih kompleks daripada sekadar penyalahgunaan kekuasaan atau penipuan finansial. Dari sudut pandang Sartre, korupsi bisa dipahami sebagai bentuk penghindaran dari kebebasan otentik yang datang dengan tanggung jawab moral. Sartre menekankan bahwa kebebasan tidak hanya berarti kemampuan untuk memilih, tetapi juga kemampuan untuk menghadapi konsekuensi dari pilihan tersebut. Kebebasan ini memiliki dua sisi: satu sisi membebaskan, sementara sisi lainnya membawa tanggung jawab yang besar. Dalam konteks ini, korupsi bisa dilihat sebagai pelarian dari kebebasan otentik yang membawa tanggung jawab terhadap orang lain dan masyarakat.
1. Kebebasan dan Pilihan: Apakah Korupsi Pilihan Bebas?
Menurut Sartre, esensi manusia terbentuk melalui pilihan-pilihan yang kita buat. Setiap pilihan adalah manifestasi dari kebebasan kita. Namun, kebebasan ini bukanlah kebebasan yang lepas dari tanggung jawab. Dalam hal korupsi, individu yang terlibat dalam tindakan tersebut memilih untuk mendahulukan keuntungan pribadi daripada kebaikan bersama atau keadilan. Sartre akan mengatakan bahwa ini adalah salah satu contoh dari pilihan bebas yang merusak—pilihan yang mengabaikan tanggung jawab moral terhadap orang lain.
Korupsi sering kali terjadi karena individu lebih memilih untuk mengikuti keinginan pribadi mereka atau memenuhi ambisi pribadi, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut merugikan orang lain dan merusak integritas sosial. Dalam konteks ini, korupsi bisa dilihat sebagai pelarian dari kebebasan yang sebenarnya, yaitu kebebasan yang mengarah pada kebaikan bersama dan kesejahteraan bersama.
2. Bad Faith: Menipu Diri Sendiri untuk Menghindari Tanggung Jawab
Konsep "bad faith" atau maksud buruk adalah salah satu teori paling terkenal dalam filsafat Sartre. Bad faith terjadi ketika seseorang menipu diri mereka sendiri untuk menghindari kenyataan dan tanggung jawab moral. Dalam konteks korupsi, ini bisa terjadi ketika individu yang terlibat dalam praktik korupsi berusaha membenarkan tindakan mereka dengan alasan-alasan seperti "semua orang juga melakukannya" atau "sistem sudah rusak, jadi saya hanya mengikuti aturan yang ada."