Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putus Asa

5 Januari 2025   20:11 Diperbarui: 5 Januari 2025   20:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi  (Fimela)

Sudah kucoba memeluk malam dengan kesendirian,
Menggenggam bayang yang terus menghilang,
Namun dinginnya menusuk hingga ke tulang,
Putus asa melipatkan kehangatan dalam kenangan,
Masihkah ada pagi yang membawa sinar mentari,
Atau malam ini akan abadi tanpa akhir?

Sudah kucoba menggapai bintang yang berkilauan,
Namun jaraknya terlalu jauh dari jangkauan,
Dan tanganku terluka karena jatuh berkali-kali,
Putus asa menjadikan mimpi hanya khayalan,
Dimanakah harapan yang pernah kubangun,
Ataukah telah hilang bersama waktu yang berlalu?

Sudah kucoba menyusuri jalan yang berliku,
Meski bebannya kian berat di setiap langkah,
Namun kakiku tersandung oleh batu-batu tajam,
Putus asa menahanku dalam lingkaran tanpa ujung,
Adakah cahaya di ujung jalan ini,
Atau aku hanya terjebak dalam labirin tak bertepi?

Sudah kucoba mendengar bisikan lembut dari hatiku,
Namun suara itu perlahan memudar dalam hening,
Dan ruang kosong kian memenuhi jiwa,
Putus asa mengisi setiap sudut pikiranku,
Masihkah ada jawaban untuk semua pertanyaan ini,
Ataukah hanya diam yang menjadi sahabatku?

Sudah kucoba membangun benteng dari keyakinan,
Namun serangan kehidupan terlalu hebat,
Dan dinding itu runtuh tanpa bisa kubangun lagi,
Putus asa menghancurkan fondasi yang tersisa,
Dimanakah Tuhan dalam semua ini,
Ataukah aku telah jauh dari pandangan-Nya?

Sudah kucoba menulis cerita yang penuh harapan,
Namun tintanya habis di tengah kisah,
Dan lembar-lembar itu hanya penuh coretan,
Putus asa merobek halaman demi halaman,
Akankah ada pena baru untuk melanjutkan,
Ataukah kisah ini selesai tanpa akhir yang indah?

Sudah kucoba mencari arti dari kehilangan,
Namun jawabannya hanya menambah luka,
Dan hati ini terlalu lemah untuk bertahan,
Putus asa menyelimuti setiap tarikan napasku,
Masihkah ada ruang untuk mencintai lagi,
Ataukah cinta hanya ilusi yang mematahkan jiwa?

Sudah kucoba memanjat doa ke langit tinggi,
Namun angin membawa pergi setiap bisikannya,
Dan aku terdiam dalam keheningan yang pekat,
Putus asa mengubur setiap harapan yang kupunya,
Apakah langit pernah mendengar jeritanku,
Ataukah aku hanya berbicara pada kehampaan?

Sudah kucoba menyeka air mata dengan senyuman,
Namun senyum itu hanya topeng tanpa makna,
Dan tangisku kembali hadir tanpa permisi,
Putus asa menghapus setiap jejak keberanian,
Masihkah ada tawa di balik semua kesedihan ini,
Ataukah kebahagiaan telah pergi selamanya?

Sudah kucoba menghidupkan api semangat yang redup,
Namun kayunya terlalu basah untuk menyala,
Dan dingin ini terlalu menggigit untuk dilawan,
Putus asa membuatku pasrah dalam kegelapan,
Masihkah ada percik yang bisa kumulai lagi,
Ataukah aku harus menyerah pada gelap yang abadi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun