Dalam kesunyian malam yang bergetar,
Kata-kata berdansa di bibir puitis,
Mengalir seperti sungai tak bertepi,
Menyusup ke relung jiwa yang sunyi,
Melukis kenangan yang tak terucap.
Aku mencumbu kata dengan penuh rindu,
Menyulam rima dalam bisik angin,
Setiap bait adalah pelukan sunyi,
Menemani waktu yang tak pernah tidur,
Menjadi kekasih dalam imaji abadi.
Di antara lembaran kosong yang menanti,
Kuberi nyawa pada huruf yang bisu,
Seolah cinta adalah tinta yang abadi,
Menuliskan kisah tanpa pernah selesai,
Menari bersama waktu yang terus berlari.
 Puisi adalah kekasih yang tak pernah mengeluh,
Ia menerima segala luka dan tawa,
Menjadikan duka sebuah melodi,
Mengubah harapan menjadi langit pagi,
Yang memeluk dunia dalam kehangatan.
Aku bercinta dengan kata yang menolak mati,
Membiarkan rasa mengalir tanpa batas,
Menyentuh hati yang haus akan makna,
Menghidupkan jiwa yang lama tertidur,
Dan membangkitkan mimpi dari kuburnya.
Setiap bait adalah detak nadi cinta,
Mengalir di antara arteri kehidupan,
Membawa keindahan yang tak ternilai,
Merangkul segala yang pernah hilang,
Dalam dekapan kata yang memabukkan.
Kita bercinta di bawah langit puisi,
Dalam setiap metafora yang kubisikkan,
Menjadi saksi bisu perjalanan rasa,
Menghapus batas antara aku dan kata,
Menyatukan rindu dalam harmoni sempurna.
Puisi adalah samudra tanpa tepian,
Aku berenang di arusnya yang tak kenal henti,
Menyelam ke dalam misteri maknanya,
Menemukan harta karun berupa inspirasi,
Yang memelukku dalam damai abadi.
Aku bercinta dengan sajak yang penuh arti,
Mengubah luka menjadi kanvas pelangi,
Menyulam rindu dalam bait-bait asmara,
Menghidupkan mimpi dalam ritme abadi,
Yang takkan pernah hilang dari sejarah.
Dalam tiap huruf yang kubisikkan lembut,
Ada getar yang tak pernah padam,
Puisi menghidupkan rasa yang membeku,
Menjadi pelita di tengah gelap malam,
Memelukku dalam keabadian cinta.