Waktu Memanggil, tapi Tidak Menunggu
Waktu datang tanpa peringatan, seperti angin yang tiba-tiba menyentuh wajah. Ia tidak mengumumkan kedatangannya, tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia sudah mulai berlari. Dalam diam, waktu terus bergerak, dan kita sering kali terlambat menyadari betapa berharganya ia.
Seiring dengan setiap detiknya, waktu memanggil kita untuk bangkit, untuk bergerak maju. Tidak ada kata "tunggu" dalam kamus waktu. Ia tidak bisa menunggu, tidak bisa berhenti, bahkan hanya untuk sekejap. Waktu terus berjalan, mendekatkan kita pada hari-hari yang akan datang, yang entah bagaimana akan kita isi.
Namun, berapa kali kita mengabaikan panggilan itu? Berapa banyak kesempatan yang kita sia-siakan dengan menunda, dengan beralasan, atau bahkan dengan hanya berdiam diri? Waktu tidak menunggu kita, karena ia tidak pernah mundur, ia tidak bisa diulang.
Waktu adalah teman yang bijak, namun,  Sering kali ia juga menjadi guru yang keras. Ia mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga, kadang melalui kehilangan, kadang melalui penyesalan. Namun, waktu selalu memberikan kesempatan, meski kadang kesempatan itu terasa sudah terlambat.
Kita sering kali berpikir ada waktu yang tak terbatas untuk meraih apa yang kita inginkan. Padahal, waktu tidak mengenal kata "tak terbatas". Ia terus mengalir, tak terhalang, tidak dapat dihambat oleh keinginan atau harapan kita.
Setiap detik yang berlalu adalah satu langkah yang kita tinggalkan di belakang. Kita tidak bisa memutar balik waktu, tidak bisa mengubah langkah-langkah yang sudah diambil. Yang bisa kita lakukan hanya melangkah dengan lebih bijak ke depan, sebelum waktu semakin jauh.
Waktu memanggil, tetapi kita sering kali terlalu sibuk dengan hal-hal yang tidak penting. Kita mengejar mimpi, namun sering kali kita lupa bahwa mimpi itu akan lebih mudah dijangkau jika kita menghargai waktu yang ada di tangan kita sekarang.
Waktu bisa menjadi teman yang baik jika kita tahu bagaimana memanfaatkannya. Ia memberi ruang untuk belajar, berkembang, dan berubah. Tetapi, ketika kita lengah, waktu bisa berubah menjadi musuh yang menuntut harga mahal dari ketidaksadaran kita.
Ia berjalan terus, tak pernah lelah, tak mengenal kata henti. Begitu ia lewat, kita tak bisa meraihnya lagi. Kita hanya bisa menatapnya pergi, berharap waktu itu akan kembali, namun ia tidak pernah mengulang jalan yang sama.