Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Tawan Hatiku

15 Desember 2024   01:27 Diperbarui: 15 Desember 2024   01:27 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melamun (Sumber : Pin Page)

Jangan Tawan Hatiku

Jangan tawan hatiku,
Dengan senyum yang begitu manis,
Yang membuatku terperangkap dalam pesona,
Seperti malam yang terjaga dalam keheningan,
Bergumul dalam ketidakpastian.

Jangan tawan hatiku,
Dengan tatapan yang penuh misteri,
Yang membuatku tenggelam dalam kebingungan,
Berlayar di samudra tanpa arah,
Menanti secercah terang yang tak kunjung datang.

Jangan tawan hatiku,
Dengan janji-janji yang terucap ringan,
Seperti angin yang berhembus sebentar,
Menyisakan kesedihan setelahnya,
Yang harus kubawa sepanjang waktu.

Jangan tawan hatiku,
Dengan keindahan yang membutakan,
Yang membuatku lupa bahwa dunia tak selalu indah,
Dan hatiku mungkin akan hancur,
Ditinggalkan dalam kegelapan.

Jangan tawan hatiku,
Dengan kekuatan yang kau punya,
Yang bisa membuatku tak berdaya,
Mengikuti langkahmu tanpa ragu,
Namun kehilangan jejak diri sendiri.

Jangan ikat hatiku,
Dengan kata-kata yang penuh makna,
Yang membuatku bertanya-tanya,
Apakah itu hanya sebuah permainan,
Ataukah kau sungguh ingin berjanji?

Jangan ikat hatiku,
Dengan kehangatan yang hanya sementara,
Yang datang dan pergi tanpa sebab,
Meninggalkan aku terhenti,
Dalam kebingungan yang semakin dalam.

Jangan ikat hatiku,
Dengan jalinan kasih yang rapuh,
Yang bisa terputus seketika,
Meninggalkan luka yang tak pernah sembuh,
Seperti bekas sayatan di kulit hati.

Jangan ikat hatiku,
Dengan kedamaian yang hanya dusta,
Yang membuatku percaya segala bisa indah,
Namun ternyata hanya sebuah bayangan,
Yang tak mampu menyentuh kenyataan.

Jangan ikat hatiku,
Dengan harapan yang tak pasti,
Yang datang seperti hujan di musim kemarau,
Menyejukkan sementara,
Namun mengering saat mentari kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun