Kulihat luka di senyummu yang tersembunyi,
Tertawa riang, namun hati masih terluka.
Setiap senyum itu menutupi duka lama,
Menyembunyikan kisah yang tak bisa terucap.
Tapi matamu, oh, matamu, berbicara lebih banyak.
Ada beban yang tak terlihat, terpendam jauh,
Di balik tawa yang seolah tak berujung.
Penuh kepedihan yang terselip dalam ketenangan,
Senyuman itu hanya pelindung semata.
Namun luka itu tetap mengalir dalam diam.
Mungkin kau tak ingin orang tahu tentang rasa,
Tentang bagaimana hatimu pecah dan retak.
Kau tutupi dengan tawa yang kau paksakan,
Namun setiap senyummu menunjukkan kepahitan.
Kulihat luka di senyummu yang tak terhapus.
Terkadang senyum itu datang begitu cepat,
Hanya untuk menutupi kesedihan yang mengganggu.
Di dalam hatimu, ada pergulatan yang berat,
Namun dunia hanya melihat apa yang tampak.
Senyummu adalah luka batin yang tak terungkap.
Apakah kau pernah merasa ingin berhenti berpura-pura?
Melepaskan semua beban yang kau simpan rapat.
Namun dunia menuntutmu untuk tetap tersenyum,
Bahkan saat hati merintih dalam kesepian.
Kulihat luka di senyummu yang memohon pertolongan.
Ada waktu di mana tawa itu terasa hambar,
Bukan karena hilangnya kebahagiaan,
Namun karena kau terlalu lama menahan derita.
Di balik senyummu yang bersinar palsu,
Tersimpan luka yang hanya bisa kau rasakan.
Senyummu, seperti topeng yang kau pakai setiap hari,
Menutupi wajah yang sebenarnya penuh keletihan.
Tapi di balik topeng itu, ada kerapuhan,
Ada harapan yang terbungkus dalam kebohongan.
Dan aku tahu, senyummu bukanlah kebahagiaan sejati.
Senyumanmu seperti peluru yang menembus jarak,
Tapi hatimu, bagai burung yang terpenjara.
Jiwa yang lelah mencoba untuk tetap berdiri,
Namun bibirmu tetap tersenyum meski patah.
Kulihat luka di senyummu, menyiratkan kisah lama.
Mungkin kau berharap dunia tak melihat,
Bahwa dibalik senyum itu ada perasaan terluka.
Tapi dunia ini tak pernah berhenti menuntut,
Untuk melihat wajah yang sempurna setiap saat.
Namun luka itu tetap ada, tersembunyi dalam bayang.
Senyumanmu bagaikan bunga yang layu seiring waktu,
Meski indah di luar, namun tak ada kehidupan dalamnya.
Di setiap helai petal yang jatuh, ada kenangan,
Kenangan yang kau sembunyikan di dalam hatimu.
Luka itu, semakin dalam setiap kali senyummu muncul.
Kau coba berlari dari kenyataan yang menyesakkan,
Namun senyum itu tak bisa menutupi segalanya.
Ada rasa yang memecah dalam diam,
Tapi dunia melihat hanya apa yang kau tunjukkan.
Senyumanmu, sebuah ilusi yang tak pernah sepenuhnya nyata.
Di dalam jiwamu ada tanya yang tak terjawab,
Mengapa luka itu datang dan tetap tinggal?
Senyummu seperti janji yang terputus di tengah jalan,
Tidak ada lagi harapan di balik tawa yang pudar.
Kulihat luka di senyummu, meski kau tak mengatakannya.
Senyum itu tak lagi memiliki arti yang sama,
Seperti kata-kata yang kehilangan makna.
Kau tetap tersenyum meski hatimu sepi,
Tapi aku tahu, di balik itu ada luka yang terus terasa sakit.
Senyummu, adalah cermin dari kesendirian yang dalam.
Adakah yang bisa menghapuskan rasa ini?
Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan itu.
Namun luka yang ada takkan pernah benar-benar hilang,
Hanya disembunyikan, ditutupi dengan senyum.
Tapi aku tetap melihat luka di senyummu.
Senyum itu tak lagi seperti dulu,
Tidak lagi menyinari dunia sekelilingmu.
Sekarang, itu hanya bayangan dari masa lalu,
Tertinggal di antara duka yang tak pernah hilang.
Kulihat luka di senyummu, menyakitkan namun nyata.
Mungkin kau sudah terlalu lelah untuk menangis,
Karena senyum adalah cara untuk bertahan hidup.
Namun di dalam senyum itu, ada kehilangan,
Keinginan untuk lari dari kenyataan yang menusuk.
Tapi luka itu, tetap ada, tak bisa pergi.
Senyummu yang dulu penuh kebahagiaan,
Sekarang hanya menjadi topeng yang tak sempurna.
Namun dalam setiap gerakan bibirmu,
Kulihat semua rasa yang kau simpan dalam diam.
Senyummu adalah lukisan kesedihan yang tak terucap.
Apakah ada tempat untuk melepaskan beban ini?
Terkadang aku berharap kau bisa berbicara.
Namun senyummu selalu menghalangi kata-kata,
Dan dalam keheningan itu, luka semakin mendalam.
Kulihat luka di senyummu, tapi kau tetap diam.
Aku ingin menghapuskan luka yang kau sembunyikan,
Tapi aku tahu, itu bukanlah tugas yang mudah.
Senyummu terus datang meski hati terperosok,
Dan aku hanya bisa berharap, kau akan sembuh suatu hari.
Karena luka itu tak akan hilang hanya dengan senyum.
Kulihat luka di senyummu, dan aku merasakannya,
Seperti aliran sungai yang tak bisa dihentikan.
Namun senyum itu, walau sakit, tetap kau pertahankan.
Aku hanya bisa berdoa, agar suatu saat nanti,
Senyummu kembali tulus, tanpa ada luka yang membayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H