Kakinya melangkah lagi. Panas mulai terasa di aspal, tetapi semangatnya tak goyah. Di tengah keramaian, senyumnya masih sama---tulus, bersih, seperti matahari pagi yang tak pernah ingkar janji. Anak kecil itu tahu, hidup adalah soal bagaimana kau berjalan tegak meski keranjang di kepalamu berat.
Dan di balik senyum itu, ada banyak cerita yang tak pernah terucap. Tentang pagi-pagi gelap yang harus ia tempuh, tentang tawa kecilnya ketika keranjang akhirnya kosong, tentang harapan kecil untuk hari esok yang mungkin sedikit lebih baik.
Tidak banyak yang memperhatikan anak itu. Kebanyakan orang terburu-buru mengejar waktu, melewati senyum kecil yang sebenarnya menawarkan banyak pelajaran. Tentang kegigihan, tentang semangat, tentang cara sederhana merayakan kehidupan.
Kota ini memang keras, tetapi di tengah-tengahnya, ada cahaya kecil yang berjalan dengan gaun kuning. Cahaya yang mengingatkan bahwa hidup bukan tentang seberapa berat beban yang kau bawa, melainkan tentang seberapa ringan kau menjalaninya.
"Kue, kue, seribu sebiji!" suaranya menggema lagi, diiringi langkah-langkah kecil yang tak pernah menyerah. Di setiap sudut jalan, ia meninggalkan jejaknya, jejak kegigihan, jejak harapan, jejak keceriaan yang tidak pernah hilang.
Keranjang itu mungkin akan kosong sebelum matahari terik mencapai puncaknya. Dan ia akan pulang dengan wajah penuh kebanggaan. Di rumah, mungkin ada ibunya yang menanti dengan senyum penuh syukur, atau adik kecil yang bertanya dengan riang, "Berapa kue yang terjual hari ini, Kak?"
Hari ini, esok, dan mungkin lusa, anak itu akan kembali berjalan. Dengan keranjang di atas kepala dan senyum yang sama. Dan setiap kali ia berseru, "Kue, kue, seribu sebiji!" dunia seperti diajak untuk berhenti sejenak, untuk menengok pada kehidupan sederhana yang penuh makna.
Karena pada akhirnya, keranjang itu bukan hanya berisi kue. Ia berisi impian, doa, dan keyakinan bahwa kehidupan, meski keras, akan selalu memberi jalan bagi mereka yang mau berjuang. Dan gadis kecil dengan gaun kuning itu, adalah buktinya.
Di tengah keramaian, ia berjalan lagi. Sekali lagi. Sekali lagi. Dengan senyum yang tak pernah pudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H