Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah literasi sering muncul di berbagai platform media, diskusi publik, hingga ruang akademik. Istilah ini tak lagi hanya mengacu pada kemampuan dasar membaca dan menulis, tetapi berkembang mencakup beragam bidang seperti literasi digital, literasi keuangan, literasi budaya, hingga literasi lingkungan.
Fenomena ini mencerminkan perubahan cara masyarakat memahami pengetahuan dan keterampilan. Literasi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sempit, tetapi menjadi representasi kemampuan berpikir kritis, menganalisis, dan memahami suatu hal secara menyeluruh. Istilah ini menjadi semacam label modern untuk kecakapan tertentu yang dianggap relevan di era globalisasi dan digitalisasi.
Namun, perlu diakui bahwa penggunaan istilah ini sering kali menimbulkan kebingungan. Misalnya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "literasi budaya"? Apakah sekadar mengetahui tradisi, atau memahami nilai dan konteks sejarah yang lebih luas? Pertanyaan ini muncul di tengah masyarakat, namun popularitas istilah literasi terus meningkat karena memberikan kesan modern dan berkelas.
Literasi: Dari Akar Bahasa ke Pengertian Modern
Secara etimologis, literasi berasal dari kata Latin littera, yang berarti "huruf." Awalnya, literasi digunakan untuk menggambarkan kemampuan membaca dan menulis, keterampilan dasar yang menjadi fondasi pendidikan dan peradaban manusia. Dalam tradisi klasik, literasi erat kaitannya dengan literatur atau teks tertulis yang digunakan sebagai sarana untuk menyimpan dan menyebarkan pengetahuan.
Namun, di era modern, makna literasi meluas seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Kini, literasi mencakup:
1. Kemampuan Mengakses Informasi:Â
Literasi tidak lagi hanya soal membaca teks, tetapi juga memahami informasi dari berbagai media, termasuk digital.
2. Pemikiran Kritis:
Literasi mencakup kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mengintegrasikan informasi.