Dalam bayang senja yang memudar,
Tertinggal luka yang tak lagi sadar.
Janji menguap di angin yang berhembus,
Dusta menyelimuti cinta yang tergerus.
Dulu, ada tawa yang menyatu indah,
Kini berganti tangis di antara gundah.
Cinta yang teguh bak karang di laut,
Luruh perlahan, terhempas ribut.
Bintang malam yang dulu menyapa hangat,
Kini redup, tak lagi dekat.
Dalam pelukan angan yang kau beri,
Hanya tersisa perih, tak lagi suci.
Kata-kata manis yang kau ucap dulu,
Kini bergema bagai racun yang kaku.
Aku mencari makna di balik senyummu,
Namun hanya dusta yang kutemui di situ.
Waktu berlalu, namun luka tetap ada,
Menggores hati dengan rasa tersiksa.
Harapan yang dulu jadi api penerang,
Kini padam, tersapu gelombang.
Apakah cinta adalah permainan hati?
Atau hanya jebakan janji yang kau beri?
Aku bertanya pada malam yang bisu,
Mengapa luka ini tak juga berlalu?
Angin membawa sisa aroma janji,
Namun berubah tajam, bagai belati.
Aku ingin lari dari bayang dirimu,
Namun luka dan dusta terus mengikutiku.
Kau pergi membawa cerita yang fana,
Meninggalkan aku di tepi gulana.
Langkahmu menjauh tanpa kata,
Meninggalkan hati yang penuh derita.
Hujan turun, mencoba menghapus dosa,
Namun tak mampu menyentuh luka.
Dalam setiap tetes, ada kenangan,
Namun juga dusta yang tak termaafkan.
Di antara reruntuhan janji yang meluka,
Ada kenangan yang enggan sirna.
Meski hati telah lelah bertahan,
Bayang dusta tetap menjelma teman.