Aku pernah percaya pada cahaya di ujung lorong,
Tapi kini gelap kian menelan ruang kosong.
Dalam pelukan malam yang tak bertepi,
Aku terombang-ambing dalam mimpi.
Namun asa yang tersisa begitu tipis,
Bagai api kecil yang melawan badai gerimis.
Waktu terus berjalan, tapi aku terhenti,
Dalam lingkaran mimpi yang tak bertepi.
Matahari tak muncul, bulan pun berlalu,
Hanya kegelapan yang kini membelenggu.
Aku menunggu akhir yang tak kunjung datang,
Dalam mimpi ini, aku terjebak tanpa peluang.
Suara-suara masa lalu berbisik lembut,
Mengingatkan luka yang tak pernah surut.
Aku mencoba melupakan, tapi tak mampu,
Kenangan itu menancap seperti paku.
Setiap hembusan napas membawa pedih,
Mengukir cerita yang terus berulang lirih.
Di batas mimpi, aku ingin menyerah,
Tapi ada sesuatu yang menahan langkah.
Mungkin itu cinta yang masih tersisa,
Atau harapan kecil yang tak pernah reda.
Meski terluka, aku tak bisa berhenti,
Mencari arti di tengah ilusi yang meliputi.
Langit kini menangis bersama hatiku,
Mengguyur malam dengan air mata pilu.
Aku bertanya pada angin yang berhembus,
Namun jawabannya hanyalah bisikan tak jelas.
Adakah arti di balik semua penderitaan,
Atau ini hanyalah perjalanan menuju kehampaan?
Dalam malam yang kian larut,
Aku merasa semakin terjerat.
Namun di balik gelap ini,
Ada sinar kecil yang perlahan mendekati.
Mungkinkah itu adalah jawabannya?
Atau hanya fatamorgana di tengah luka?
Dengan napas berat aku terus berjalan,
Mencoba keluar dari mimpi yang kelam.
Meski tubuh lemah, hati tak mau menyerah,
Karena aku tahu ada arti di balik pasrah.
Di ujung lorong ini mungkin ada terang,
Yang menanti dengan harapan tak hilang.
Aku mulai percaya pada langkah kecil,
Meski jalanku penuh liku yang getir.
Dalam gelap aku temukan diriku,
Menyatu dengan mimpi yang pernah membisu.
Aku tahu, perjalanan ini tak sia-sia,
Karena setiap luka adalah pembelajaran yang nyata.
Kini gelap mulai pudar perlahan,
Menyisakan fajar yang kembali berteman.
Mimpi-mimpi yang dulu terkapar,
Bangkit dengan kekuatan yang baru mekar.
Aku tersenyum meski masih lelah,
Karena di ujung mimpi, aku temukan arah.
Dalam terang aku akhirnya berdiri,
Menghapus air mata yang sempat menghuni.
Mimpi-mimpi ini tak lagi beku,
Karena aku tahu, hidup selalu memberi waktu.
Meski terkapar di ujung mimpi yang kelam,
Aku bangkit, menjemput pagi yang dalam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI