Lingkungan sosial di sekolah juga memiliki peran besar dalam proses belajar siswa. Hubungan yang sehat antara siswa dan guru, serta interaksi yang positif dengan teman sebaya, bisa mendorong motivasi belajar. Sebuah penelitian dari University of Michigan mengungkapkan bahwa hubungan guru-siswa yang suportif meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berpartisipasi dalam pelajaran. Guru yang memberikan umpan balik positif dan membimbing siswa dengan sabar menciptakan suasana yang tidak menakutkan dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Siswa yang merasa didukung oleh teman-teman dan gurunya akan merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Di sekolah menengah di Jepang, pendekatan pengajaran yang mengedepankan kolaborasi antar siswa dengan guru sebagai fasilitator berhasil meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran mereka. Siswa merasa lebih bebas untuk bertanya dan mendiskusikan materi, yang memperdalam pemahaman mereka.
Carol Dweck, seorang psikolog pendidikan, dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, menjelaskan bahwa memiliki "growth mindset" atau pola pikir berkembang, yakni keyakinan bahwa kemampuan dapat ditingkatkan melalui usaha, dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar. Hal ini seringkali dimulai dari lingkungan sosial yang penuh dukungan dan rasa percaya diri. Sebuah lingkungan yang mendorong kolaborasi dan diskusi antar siswa juga akan memperkuat motivasi sosial mereka untuk belajar.
Di sisi lain, kompetisi yang tidak sehat dan kurangnya dukungan sosial dapat mempengaruhi motivasi siswa secara negatif, menciptakan perasaan tidak aman atau bahkan kecemasan yang bisa menghambat proses belajar mereka.
3. Lingkungan Emosional yang Aman dan Nyaman
Tidak hanya lingkungan fisik dan sosial yang penting, tetapi lingkungan emosional yang mendukung juga sangat menentukan bagaimana siswa belajar. Siswa yang merasa tertekan, takut dihukum, atau diabaikan cenderung akan menarik diri dari proses belajar. Sebaliknya, siswa yang merasa aman dan dihargai akan lebih terbuka dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dr. Daniel Goleman, seorang ahli psikologi, dalam bukunya Emotional Intelligence menegaskan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam kesuksesan akademik. Anak-anak yang dapat mengelola perasaan mereka dengan baik akan lebih mampu mengatasi tantangan akademik.
Lingkungan yang menciptakan rasa aman dan nyaman dapat mengurangi kecemasan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Siswa yang merasa dihargai, tidak takut akan hukuman, dan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pendapat akan lebih aktif berpartisipasi dalam pelajaran dan lebih bersemangat untuk belajar.
 Di sebuah sekolah dasar di Kanada, program kesejahteraan mental diperkenalkan untuk membantu siswa mengelola stres dan kecemasan mereka. Dengan melibatkan konselor dan kegiatan mindfulness, siswa merasa lebih tenang dan siap mengikuti pelajaran.
Thomas Armstrong, seorang pendidik dan penulis The Power of the Adolescent Brain, menyatakan bahwa lingkungan yang penuh empati dan perhatian dapat mengurangi kecemasan pada siswa, yang berkontribusi pada peningkatan kemampuan belajar mereka. Dengan menciptakan lingkungan emosional yang aman, siswa dapat lebih fokus pada tugas mereka dan menikmati proses belajar. Lingkungan yang mendukung emosi juga berhubungan erat dengan peningkatan motivasi belajar siswa, karena mereka merasa dihargai dan memiliki kepercayaan diri untuk berkembang.
4. Lingkungan Teknologi yang Mendukung Pembelajaran
Di dunia yang semakin terhubung ini, teknologi menjadi bagian penting dari lingkungan belajar. Teknologi yang digunakan dengan bijak tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga memungkinkan pembelajaran yang lebih fleksibel dan dinamis. Pembelajaran berbasis teknologi, seperti penggunaan aplikasi edukasi atau pembelajaran daring, bisa mengatasi keterbatasan waktu dan tempat. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan atau tidak terarah bisa mengganggu proses belajar.