Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Umur Hanyalah Angka

10 Desember 2024   11:18 Diperbarui: 11 Desember 2024   01:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakek Tua dan Kampak, Koleksi Rudi Sinaba, dibuat memakai Meta AI

Umur Hanyah Angka

Di bawah sinar matahari yang mulai lemah,
Seorang kakek berdiri dengan langkah gagah.
Di tangannya kampak tajam berkilau,
Mengukir ketekunan di kayu yang membatu.

Peluh mengalir di wajah yang tua,
Namun matanya menyala, tak pudar daya.
Usianya tua, tubuh tak sekuat dahulu,
Namun semangatnya melawan waktu yang beku.

Kayu demi kayu ia belah dengan tenaga,
Setiap pukulan menyimpan cerita.
Tentang hidup yang keras namun penuh makna,
Bahwa usia hanyalah angka semata.

Ia tidak meminta dunia untuk berhenti,
Hanya menari seirama waktu yang terus pergi.
Kampaknya memotong, bukan sekadar kayu,
Tapi juga prasangka tentang apa yang ia mampu.

Orang berkata, "Beristirahatlah, sudahlah cukup,"
Namun ia tertawa, tak ingin jadi tertutup.
"Bukan usia yang membatasi hidupku,"
Katanya lantang pada angin yang berlalu.

Langit biru menyaksikan tekadnya bertahan,
Menjadi saksi bahwa waktu tak bisa menawan.
Tubuh boleh renta, tetapi jiwa masih muda,
Berteriak pada dunia, "Aku belum usai juga!"

Setiap potongan kayu adalah persembahan,
Untuk keluarga, untuk kehidupan, sebuah penjelasan.
Bahwa kerja keras bukan beban yang berat,
Namun doa dalam bentuk yang nyata dan padat.

Di akhir hari, ia duduk di bawah pohon,
Memandang karyanya dengan senyum penuh kesyukuran.
Di sana ia membuktikan kepada semesta,
Bahwa hidup ini tentang semangat yang tak pernah reda.

Kakek itu, seperti pohon yang tetap berdiri,
Meski diterpa angin, hujan, dan mentari.
Ia berkata kepada diri sendiri, "Aku masih ada,
Umurku hanyalah angka, tak lebih dari itu saja."

Ia adalah simbol dari waktu yang abadi,
Di mana usia dan semangat tak pernah berbagi.
Kakek tua yang memotong kayu,
Menjadi pelajaran bagi kita yang terlalu cemburu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun