Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Pohon Tak Berakar

6 Desember 2024   07:28 Diperbarui: 12 Desember 2024   17:00 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Pepohonan (Sumber : KOMPAS/Karya Dewi Fortuna Maharani)

Pohon Tak Berakar

Kita seperti pohon tak berakar,
Terbawa angin, kehilangan jejak.
Tiada sandaran dalam pelukan bumi,
Hanya waktu yang memecah rindu sunyi.

Kita bagaikan jiwa yang hilang arah,
Berjalan sendiri di antara bayang-bayang.
Kehampaan menyelimuti tiap langkah,
Mencari cahaya yang entah di mana terang.

Kita terombang-ambing di lautan fana,
Ombak menghanyutkan asa yang rapuh.
Di kejauhan, dermaga memudar perlahan,
Hati tenggelam dalam kesepian tak berlabuh.

Kita seperti daun yang gugur di musim kering,
Terhempas angin, jauh dari dahan.
Tiada ruang untuk kembali,
Hanya tersisa guguran yang diam menyendiri.

Kita bagaikan cerita tanpa awal,
Halaman kosong yang hening tak berbicara.
Makna terserak, tak mampu dirangkai,
Waktu hanya membawa sunyi yang tiada usai.

Angel Oak, um carvalho de aproximadamente 1400 anos localizado na Carolina do Sul, EUA. Foto: Lynn Whitt / Shutterstock.com
Angel Oak, um carvalho de aproximadamente 1400 anos localizado na Carolina do Sul, EUA. Foto: Lynn Whitt / Shutterstock.com

Kita rapuh seperti kaca retak,
Setiap sentuhan membuat luka menganga.
Berpijar di bawah cahaya yang memudar,
Hingga akhirnya pecah dan terlupa.

Kita seperti bayang-bayang di malam kelam,
Tak pernah utuh, tak pernah nyata.
Saat terang tiba, kita menghilang,
Hanya menjadi jejak yang tak pernah dikenang.

Kita bagaikan mimpi tanpa tidur,
Fatamorgana yang kosong dan semu.
Dalam keheningan, kita merindu,
Pada kenyataan yang tak pernah tersentuh.

Kita bagai pasir di pantai yang tersapu,
Hilang perlahan, terpisah dari genggamannya.
Ombak membawa serpihan kita ke tempat jauh,
Hingga akhirnya lupa di mana kita pernah satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun