Duka datang seperti hujan yang tak diundang,
Menetes perlahan, menggenang di hati,
Namun aku mencoba untuk tidak melawan,
Menerima setiap tetesnya, walau pedih.
Waktu terus berjalan, membawa segala luka,
Namun aku belajar untuk membiarkannya pergi,
Karena dalam setiap duka yang mengalir,
Tersimpan kekuatan untuk bangkit kembali.
Seperti daun yang berguguran di musim gugur,
Aku pun merelakan apa yang telah pergi,
Tapi aku tahu, setiap duka yang datang,
Adalah bagian dari hidup yang harus diterima.
Tidak ada yang bisa menghindar dari penderitaan,
Namun aku mulai mengerti bahwa duka mengajarkan ada pelangi yang datang setelah hujan,
Dan langit akan cerah kembali setelah awan mendung.
Malam yang panjang kadang membuatku lelah,
Namun aku tak lagi takut pada kegelapan,
Karena dalam duka, aku menemukan cahaya,
Cahaya yang memandu jalan kembali pulang.
Ada saatnya, air mata menjadi sahabat,
Menetes tanpa kata, tanpa suara,
Namun aku tahu, setelah hujan reda,
Aku akan menemukan kedamaian dalam diri.
Berdamai dengan duka bukan berarti melupakan,
Namun menerima kenyataan yang tak bisa diubah,
Seperti pasir yang diterpa angin,
Aku belajar untuk mengalir, mengikuti takdir.
Dalam keheningan, aku menemukan kedamaian,
Duka yang dulu menguasai, kini menjadi guru,
Mengajarkan ketabahan, menguatkan jiwa,
Bahwa hidup tak selamanya tentang kesenangan.
Aku pernah mencoba lari dari rasa sakit,
Namun kini, aku berdiri tegak di hadapannya,
Karena aku tahu, duka adalah bagian dari perjalanan,
Yang membentuk aku menjadi lebih kuat dan bijaksana.
Angin yang berhembus membawa kenangan,
Namun aku tak lagi takut terjatuh,
Karena aku sadar, setiap luka itu mendewasakan,
Dan duka hanyalah proses untuk mencapai kebahagiaan.