Di jalan gelap yang tak terjamah cahaya,
Jejak-jejakku terukir dalam dosa,
Dengan tangan gemetar, kupegang harap,
Namun, bayangan dosa tak mau lepas.
Lembah gelisah, jiwaku terperosok,
Bersimpuh pada malam yang sunyi,
Hatiku terluka, namun tak ingin sembuh,
Sebab ada pujian yang datang dari bisikan.
Dosa menari dengan tarian yang manis,
Menggoda dan membelai jiwa yang rapuh,
Dalam pelukan semu, aku terjebak,
Terlena oleh kilauan nikmat palsu.
Setiap langkah, ada jejak hitam,
Menyusup dalam kesunyian yang penuh dusta,
Tersenyum pada bayang-bayang yang datang,
Lalu menunggu saatnya menghisap semua.
Ada kepuasan dalam rasa yang salah,
Sebagai nafsu menguasai diri,
Tanpa sadar aku menari bersama,
Bergembira dalam belaian dosa yang hampa.
Namun, ada bisikan halus dalam hati,
Menghantui dengan pertanyaan yang tajam,
Apakah ini benar-benar yang kuingini?
Atau hanya ilusi yang merenggut jiwa?
Dosa itu datang, tak pernah meminta izin,
Berlipat-lipat, menjelma dalam bentuk yang berbeda,
Tapi setiap kali aku mendekat,
Ada sedikit kebahagiaan yang menipu.
Kini aku terperangkap dalam lingkaran,
Di mana setiap dosa memperindah luka,
Belaian lembut dari godaan,
Membuatku ingin terus terjatuh lebih dalam.
Waktu terus berlalu, namun aku tetap diam,
Mencari arti dalam bayang-bayang yang kelam,
Kekosongan di dada semakin dalam,
Karena belaian dosa tidak pernah cukup.
Apakah mungkin ada jalan keluar dari sini?
Atau aku harus terus terjebak dalam perasaan ini?
Dalam belaian dosa, aku merasa tenang,
Namun, hatiku tahu, itu hanya sementara.