Hari yang naas, dimana angin membawa pesan yang tak terucapkan,
Tersangkut di antara waktu yang berjalan begitu cepat.
Memori itu akan terpendam dalam kisah yang tidak bisa diselesaikan,
Seperti luka yang tak pernah sembuh, namun tetap ada.
Hari yang naas, ketika dunia terasa berhenti sejenak,
Pikiran berputar-putar tanpa arah, mencari kedamaian.
Memori itu akan tetap ada dalam setiap hembusan napasku,
Menggugah kenangan yang terlupakan oleh waktu.
Hari yang naas, dimana aku bertanya-tanya tentang segala yang hilang,
Mencari jawaban yang tak pernah datang.
Memori itu akan menjadi bayang-bayang di balik matahari,
Menuntun setiap langkah yang penuh kebingungan.
Hari yang naas, ketika senja turun begitu cepat,
Meninggalkan aku di tengah kegelapan yang menghimpit.
Memori itu akan menjadi hantu yang terus menghantui,
Mengisahkan kisah yang tak bisa dilupakan.
Hari yang naas, dimana setiap detik terasa begitu panjang,
Aku terjebak dalam kenangan yang menyakitkan.
Memori itu akan terus berputar,
Menjadi bagian dari perjalanan yang tak akan pernah selesai.
Hari yang naas, ketika aku mencoba menerima kenyataan,
Namun hatiku menolak untuk melepaskan yang hilang.
Memori itu akan terjalin dengan rasa sesal,
Meninggalkan jejak-jejak kesedihan yang tak akan pernah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H