Contoh: Tokoh utama yang tidak belajar dari pengalaman atau konflik yang dihadapi dan tetap bertindak sama dari awal hingga akhir cerita.
4. Monolog Internal yang Berlebihan
Terlalu banyak menggunakan monolog internal yang panjang dan rumit, terutama jika tidak relevan dengan plot. Mengapa Hindari: Monolog internal yang berlebihan bisa mengganggu ritme cerita dan membuat alur terasa terhenti. Pembaca bisa merasa tokoh terlalu "berbicara" dalam pikirannya tanpa ada aksi yang nyata.
Contoh: Menyusun halaman-halaman monolog tentang kebimbangan seorang tokoh yang tidak berhubungan langsung dengan tindakan atau peristiwa yang terjadi dalam cerita.
5. Mengabaikan Hubungan Tokoh dengan Dunia Sekitar
Menyajikan tokoh yang tidak berinteraksi atau terhubung dengan dunia luar (karakter lain, tempat, atau situasi) dengan cara yang bermakna. Mengapa Hindari: Tokoh yang hanya ada di dalam "dunia" mereka sendiri, tanpa interaksi atau dampak terhadap lingkungan sekitar, terasa terisolasi dan tidak realistis. Interaksi antar karakter memperkaya cerita dan memberikan dinamika.
Contoh: Tokoh utama yang tidak berinteraksi dengan karakter lain, atau berinteraksi hanya untuk memenuhi kebutuhan plot tanpa kedalaman emosional.
6. Motivasi Tokoh yang Tidak Jelas atau Tidak Konsisten
Tidak memberikan motivasi yang jelas atau konsisten bagi tokoh untuk bertindak, atau mengubah motivasi tanpa alasan yang jelas. Mengapa Hindari: Jika motivasi tokoh tidak jelas atau berubah-ubah tanpa alasan yang kuat, pembaca akan bingung dengan tindakan dan keputusan mereka. Karakter yang tidak konsisten membuat cerita kehilangan arah.
Contoh: Tokoh yang tiba-tiba berubah sikap tanpa ada perkembangan atau konflik internal yang menjelaskan perubahan tersebut.
7. Menggunakan Bahasa yang Tidak Sesuai dengan Karakter