Ketika malam masih gelap gulita,
Ada tangan datang menawarkan dusta.
Kertas lusuh penuh janji fana,
Hargai dirimu, jangan terima noda.
Pagi menjelang, suara tak ternilai,
Dibeli murah dengan tipu muslihat.
Ingatlah, rakyat adalah tuan,
Beranilah lawan, jangan serahkan kekuasaan.
Mereka datang membawa harta,
Mencoba membeli nurani dan jiwa.
Tapi demokrasi bukan untuk dijual,
Harga diri bangsa janganlah kau lelang.
Serangan fajar itu penuh racun,
Menghancurkan masa depan berpuluh tahun.
Jangan biarkan negeri ini karam,
Beranilah lawan, jagalah marwah dalam.
Suara rakyat bukan barang dagangan,
Tapi harapan untuk sebuah perubahan.
Mereka ingin kita diam tak berdaya,
Bangkitlah rakyat, jangan menjadi mangsa.
Apa arti kertas itu di tangan?
Hanya sementara, memadamkan impian.
Pilihlah pemimpin yang benar-benar layak,
Bukan mereka yang bermain dalam gelap.
Dengarlah suara leluhur terdahulu,
Jangan biarkan warisan kita rapuh.
Bangun negeri dengan keteguhan hati,
Beranilah lawan, demi harga diri.
Serangan fajar memang menggoda,
Tapi itu racun bagi demokrasi kita.
Ingatlah anak cucu yang akan bertanya,
Apakah kita menyerah atau tetap berjaya?
Jangan biarkan negeri ini dijajah,
Oleh mereka yang hanya pandai berulah.
Rakyat sejati tak akan tergoda,
Beranilah lawan, demi cinta pada bangsa.
Kini waktunya kita berseru,
Jangan jual suara, walau mereka merayu.
Bersatulah rakyat, bangkitlah dari keterpurukan,
Bangun demokrasi yang sejati, bukan kepalsuan.