Biarlah hujan hari ini mengguyur bumi,
Membasuh luka yang lama terpendam,
Pada tetesnya ada nyanyian sunyi,
Mengalirkan rindu yang tak berkesudahan.
Daun-daun menari dalam dinginnya waktu,
Seolah memanggil kenangan yang tersembunyi,
Setiap percikan membawa aku pada rindu,
Kepada masa lalu yang tak lagi kembali.
Biarlah hujan menutup wajah langit,
Seperti tirai menutup panggung perpisahan,
Di sini aku menunggu meski hati sempit,
Dalam basah, kutemukan harapan perlahan.
Gemuruh petir serupa suara hati,
Yang tak pernah diam meski kau pergi,
Dalam dinginnya angin yang menderu ini,
Ada jejak langkahmu yang masih berarti.
Bumi meminum deras air dari langit,
Serupa aku yang meminum pilu ini sendiri,
Namun biarlah hujan menghapus getir sakit,
Membiarkan hati tumbuh kembali.
Basahnya tanah menyerap luka,
Seperti aku menyerap makna perpisahan,
Tak semua yang hilang itu sia-sia,
Kadang hilang adalah jalan keberanian.
Biarlah hujan hari ini melukis cerita,
Tentang keberanian untuk merelakan,
Tentang rasa yang tak harus saling memiliki,
Namun tetap indah untuk dikenang.
Hujan tahu rahasia air mata,
Ia turun tanpa perlu berkata-kata,
Membasuh hati yang diam dalam luka,
Menemani jiwa yang merindu surga.
Ada harum tanah setelah hujan reda,
Mengajarkan bahwa hidup akan kembali,
Setelah badai, mentari akan menyapa,
Dan hati yang rapuh pun bisa berdiri lagi.
Biarlah hujan ini menjadi milikku,
Dalam sepinya aku berbisik kepada langit,
Terima kasih untuk rasa yang pernah ada,
Meski kini hanya tersisa sunyi.