Awan Tak Bertepi
Di ufuk senja, kabut menari,
Awan menggulung, rahasia berlari.
Langit seperti kanvas tak berbatas,
Cahaya mengurai, sunyi mengembara lepas.
Jejak angin memahat langit,
Membawa rindu yang tak terhitung sedikit.
Adakah pesan yang tak terucap?
Di antara gelap, terang terserap.
Awan tak bertuan, liar namun indah,
Menyimpan cerita yang tak pernah punah.
Tiap lekuknya, metafora semesta,
Mengalir bebas, tanpa cela.
Lihatlah ia berarak perlahan,
Berkisah tentang kenangan yang tertinggal di pelabuhan.
Sebuah kapal hilang di cakrawala,
Awan menjadi saksi, tanpa suara.
Kadang ia kelabu, penuh dendam,
Menggulung guntur, melawan diam.
Namun di balik amarahnya tersembunyi,
Gerimis yang memulihkan hati.
Awan adalah rumah bagi mimpi,
Batasnya hanya ilusi diri.
Ia melayang, mengajarkan kita,
Bahwa kebebasan bukanlah dosa.
Langit, dengan jubah birunya,
Menghamparkan panggung untuk aksara.
Awan menari tanpa penonton,
Di sanalah cinta kehilangan definisi.
Bukankah hidup adalah awan?
Melayang tanpa tahu tujuan.
Kadang singgah, kadang lenyap,
Namun tak pernah sepenuhnya gelap.
Aku bertanya pada langit kelabu,
Adakah jawaban yang kau tahu?
Ia hanya diam, tersenyum sinis,
Meninggalkan bayang yang terus menangis.
Hingga senja tiba dan malam jatuh,
Awan kembali, membisikkan peluh.
Katanya, "Kehidupan ini hanya fatamorgana,
Kita hanyalah percikan fana."