Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Debu Zaman di Tengah Badai

20 November 2024   14:57 Diperbarui: 20 November 2024   15:03 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debu Zaman di Tengah Badai

Debu zaman menari di udara,
Dibawa badai yang tak kenal suara.
Mengoyak tenang, menggulung sunyi,
Menciptakan riuh di hati yang letih.

Angin berteriak, menghantam jiwa,
Debu berputar, menutup cahaya.
Langit kelam seakan menangis,
Menumpahkan luka yang terasa tragis.

Di tengah badai, sejarah terukir,
Dengan tinta luka yang sulit dikikir.
Debu membawa pesan yang samar,
Tentang hidup yang rapuh, getir dan tawar.

Ada kisah cinta di butir yang terbang,
Ada perang di pasir yang hilang.
Kita semua adalah saksi bisu,
Yang tersapu dalam arus waktu.

Badai ini tak hanya menghempas,
Ia menghapus jejak yang terjepas.
Siapa yang tahu, siapa yang peduli,
Saat debu zaman tak lagi berarti?

Namun di sela kekacauan yang riuh,
Ada nyala kecil, menembus gaduh.
Cahaya harapan, meski redup sinarnya,
Tetap menggugah hati yang percaya.

Debu zaman, wahai saksi abadi,
Maukah kau mengisahkan lagi?
Tentang harapan yang terjalin di kelam,
Tentang manusia yang terus bertahan.

Di tengah badai yang tak berkesudahan,
Kita berdiri dengan genggam harapan.
Menyeka debu yang menutup pandang,
Mencari jalan untuk pulang.

Badai boleh menggulung kita semua,
Tapi debu zaman tetap bercerita.
Bahwa di balik kehancuran yang nyata,
Ada kekuatan yang tak pernah sirna.

Oh, debu zaman, ajarilah kami,
Tentang makna bertahan di badai ini.
Tentang bagaimana mencipta damai,
Saat dunia terpuruk dalam rusuh dan lalai.

Ketika badai akhirnya mereda,
Dan debu perlahan menepi ke sudutnya,
Kita akan berdiri, dengan jiwa baru,
Menggurat kisah di kanvas waktu.

Debu zaman di tengah badai,
Mengajarkan tentang jiwa yang tak layu.
Karena dalam hancur, kita bisa bangkit,
Melawan badai, menuju langit yang putih.

Kita adalah debu yang kecil dan rapuh,
Tapi kita harus dapat bertahan di tengah badai.
Melawan angin, melawan badai,
Menjadi saksi dari kekuatan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun