Tak perlu minta maaf atas hujan yang turun,
Ia hadir sebagai kasih alam yang tak bisa dibendung.
Menyirami tanah gersang, meretas rindang,
Hujan bukan salah, ia hanyalah penantang.
Tak perlu minta maaf atas matahari yang terik,
Ia hadir sebagai pelita, tak kenal panik.
Menghangatkan pagi, membakar senja,
Ia hanyalah api semangat yang tak pernah mereda.
Tak perlu minta maaf pada angin yang bertiup kencang,
Meniupkan nyanyian alam dengan lantang.
Ia hadir menyapu dedaunan gugur,
Mengantar pesan dari selatan ke utara yang luhur.
Tak perlu minta maaf untuk mimpi yang tak tergapai,
Ia adalah jalan bagi jiwa yang merangkai.
Mengajak kita terbang tinggi ke langit,
Menyentuh bintang meski jaraknya sulit.
Tak perlu minta maaf untuk kata yang tak terucap,
Ada bisu yang lebih bermakna daripada riuh suara.
Senyap bisa menjadi doa yang paling dalam,
Mengalir tanpa perlu diartikan dalam dendam.
Tak perlu minta maaf jika hatimu berubah,
Cinta pun kadang layu seperti bunga.
Ada musimnya untuk mekar dan layu,
Dan tak ada yang salah dari luka yang baru.
Tak perlu minta maaf untuk pergi meninggalkan,
Ada perjalanan yang tak bisa dihentikan.
Kita hanyalah pelancong di dunia fana,
Menjajaki jalan tanpa tahu akhirnya.
Tak perlu minta maaf pada gelap yang datang,
Ia hanyalah tamu malam yang memeluk bintang.
Dalam kelamnya, ada cahaya kecil mengintip,
Menerangi jiwa yang lelah dan tersedak.
Tak perlu minta maaf atas tawa yang pecah,
Ia adalah cara hati melepaskan lelah.
Dalam tawa, ada rasa yang jujur tersimpan,
Menghangatkan hati di kala hujan mengguyur badan.
Tak perlu minta maaf jika kau tak sempurna,
Kita semua pecahan dari debu dunia.
Kesalahan adalah guru paling tulus,
Yang mengajar kita tanpa perlu bicara terus.