Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Haruskah Aku Menyesal

16 November 2024   23:23 Diperbarui: 17 November 2024   04:34 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haruskah Aku Menyesal

Haruskah aku menyesal saat ingatan tersisa,
Pertemuan yang indah berubah jadi dusta,
Cinta yang dulu hangat kini dingin tak berasa,
Tersisa kenangan pahit, terluka tanpa kata.

Haruskah aku menangis di tengah malam sunyi,
Mengenang setiap janji yang kini hanya ilusi,
Air mata mengalir, namun tak ada arti,
Semuanya hampa, penuh kebohongan yang keji.

Haruskah aku menjerit dalam sepi yang hampa,
Mengutuk rasa ini yang membuatku terluka,
Kau datang dengan cinta, namun pergi membawa nista,
Meninggalkan hatiku yang kini terluka dan tersiksa.

Haruskah aku berharap pada cinta yang hilang,
Saat semua luka terus saja menjulang,
Di relung hati yang rapuh, rasa itu tak lagi tenang,
Hanya tersisa pilu, membayangi sepanjang siang.

Haruskah aku merindu pada kenangan semu,
Saat kau hadir hanya sebagai bayang lalu,
Rasa rindu yang dulu kini berubah kelu,
Menghancurkan jiwa yang dulu utuh, kini membeku.

Haruskah aku mencari alasan tuk kembali,
Meski sadar cinta ini telah mati,
Kau hanyalah bayang di balik senja yang pergi,
Dan aku tersesat di jalan yang tak bertepi.

Haruskah aku bertanya pada takdir yang tak adil,
Mengapa cinta ini harus berakhir getir,
Meski mencoba ikhlas, hati tetap terukir,
Kenangan bersamamu yang tak bisa ku halau.

Haruskah aku berdamai dengan rasa kecewa,
Meski luka ini tak bisa kuobati dengan apa,
Kau yang kubanggakan, kini hanyalah fana,
Tinggalkan aku sendiri dalam derita tanpa suara.

Haruskah aku berusaha melupakan segalanya,
Saat bayangmu terus hadir di setiap detiknya,
Rasa yang kubangun kini terhempas sia-sia,
Hanya tersisa kesedihan di dalam dada.

Haruskah aku memaafkan diriku yang bodoh,
Percaya pada cinta yang ternyata rapuh,
Kau hancurkan mimpi-mimpi tanpa ada kisah utuh,
Meninggalkan luka yang begitu susah sembuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun