Lihatlah anakku, kaki ini gemetar tapi aku harus tetap berjalan mengantarmu ke pintu gerbang ini,
agar kau dapat menjejak masa depan yang cerah tanpa ragu,
melewati aral dan liku, menggapai impianmu yang jauh,
meneruskan langkah-langkahku yang terhenti di jalan berlubang waktu.
Dengarlah anakku, suara ini parau tapi aku harus terus berkata pergilah ke pintu gerbang ini,
agar kau dapat belajar dari luka dan tangis yang pernah kurasakan,
mengambil hikmah dari setiap tetes peluh dan air mata,
mencipta dunia yang lebih damai, penuh kasih dan cinta.
Lihatlah anakku, tubuh ini rapuh namun hatiku masih penuh harap,
agar kau dapat menyusun bata demi bata impian yang luhur,
meretas jalan menuju dunia yang tak pernah lelah kau gapai,
menjadi penerang di malam yang pekat tanpa lentera.
Dengarlah anakku, biarkan riuh angin membawa pesan perjuanganku,
agar kau dapat menghirup udara kebebasan yang sesungguhnya,
membuka mata pada keindahan alam yang lestari,
tak lagi terkungkung oleh kabut tebal keserakahan.
Lihatlah anakku, tangan ini lelah tapi tetap kugenggam harapan,
agar kau dapat membangun jembatan dari jurang-jurang perpecahan,
mendekatkan hati yang terpisah oleh perbedaan,
menghancurkan tembok yang menghalangi persatuan.
Dengarlah anakku, meski kata-kata ini mulai pudar maknanya,
agar kau dapat merangkai puisi kehidupan yang penuh arti,
menggoreskan tinta emas pada setiap bab perjalanan,
mewariskan cerita yang akan dikenang sepanjang zaman.
Lihatlah anakku, pandangan ini mulai redup namun harapku tak pernah pudar,
agar kau dapat melihat dunia lebih terang dari yang pernah kulihat,
menghapus duka dan derita yang menghantui masa lalu,
mengisi hari esok dengan senyum kebahagiaan.
Dengarlah anakku, suara jiwa ini mungkin tak lagi jelas terdengar,
agar kau dapat mendengar panggilan hati yang tulus tanpa ragu,
mendekap hangatnya cinta dalam setiap langkah kecilmu,
menerobos badai dengan keyakinan yang tak goyah.
Lihatlah anakku, jalan ini mungkin panjang dan berliku,
tapi kuantar kau ke pintu gerbang ini agar kau dapat mengatasi segala rintangan,
mengangkat beban dunia dengan kekuatan dan keberanianmu,
menjadi cahaya penuntun bagi mereka yang masih tersesat.
Dengarlah anakku, bisikan ini adalah doa yang tak pernah usai,
agar kau dapat memetik buah dari pohon yang kutanam dulu,
merasakan manisnya keberhasilan setelah pahitnya perjuangan,
dan mengajarkan kepada anak-anakmu kelak arti kesabaran.