Teriaklah Sesukamu
Teriaklah sesukamu, biar angin mendengar,
Semua keluh yang kau simpan dalam dada,
Lepaskan saja, biarkan bergema ke langit,
Hingga awan tahu beban yang kau pikul sendiri.
Tak perlu kau tahan, biar suaramu pecah,
Jeritan itu adalah tanda luka yang hidup,
Setiap teriakan adalah kesaksian jiwamu,
Pada dunia yang tak pernah mengerti rasa pedihmu.
Teriaklah, biar hutan menjadi saksi bisu,
Pada setiap air mata yang jatuh tanpa suara,
Karena di sini, hanya sunyi yang mendengar,
Tangisan yang kau sembunyikan dari mata orang lain.
Jangan pedulikan mereka yang menertawakan,
Mereka tak tahu apa yang kau simpan di balik senyum,
Kau telah lama berdiri di tepi jurang kesunyian,
Menanti pelukan yang tak pernah datang.
Teriaklah sesukamu, biarkan semua keluar,
Biarkan gema itu memecah dinginnya pagi,
Biar mentari pun tahu betapa dingin hatimu,
Yang kau sembunyikan di balik tatapan tegar.
Tak perlu takut, tak ada yang perlu kau sembunyikan,
Teriakanmu adalah nyanyian dari luka yang tak terungkap,
Dunia ini mungkin bisu dan tuli akan jerit hatimu,
Tapi biarkan alam mendengar setiap kata pilu.
Teriaklah, hancurkan tembok-tembok ketakutan,
Jangan kau biarkan hatimu terkurung dalam diam,
Biarkan saja rasa sakit itu mengalir bersama suara,
Menyusuri setiap sudut ruang yang pernah kau kenal.
Di antara desah angin dan rintik hujan,
Teriakanmu adalah lagu yang tak pernah mati,
Ia mengalun dalam sunyi yang panjang,
Mengisi kekosongan yang tak terkatakan.
Tak usah kau tahan, biar suara itu membahana,
Hingga malam pun mendengar perihnya jiwa,
Bintang-bintang akan menyaksikan tangisanmu,
Yang tak pernah kau bagi pada siapa pun.
Teriaklah sesukamu, biar semua tahu,
Kau bukan patung yang tak punya rasa,
Kau manusia yang berdarah dan berdaging,
Yang juga bisa menangis dalam diam.