Biru hidupku, laut tenang tanpa akhir,
Ombak berderu lembut, membebaskanku.
Di bawah langit di mana kesunyian begitu dalam,
Aku menemukan ketenangan, tempat aku bisa menangis.
Biru mimpiku, cahaya pagi yang pertama,
Membisikkan rahasia, memudarkan malam.
Dalam nuansa biru muda, kesedihanku larut,
Melalui rona lembut, hatiku mulai berubah.
Biru air mataku, seperti tetesan hujan yang jatuh,
Pengingat lembut akan panggilan cinta yang sunyi.
Langit melukis jiwaku dengan warna safir,
Kanvas harapan, dunia yang bisa dijelajahi.
Biru hariku, bermain dalam bayang-bayang,
Tarian pahit dan manis di teriknya mentari,
Ia mewarnai kenanganku, lama dan baru,
Mencerminkan perjalanan hidupku yang terdalam birunya.
Biru hatiku, meski terkadang berat,
Mengalunkan irama, dentingan melodi.
Melalui pasang surut, aku berlayar dan berusaha,
Menemukan jalanku di biru hidupku.
Biru ketakutanku, tersembunyi di dalam kabut,
Getaran dingin, bayangan yang terputar.
Namun ada kekuatan di balik warna ini,
Janji pagi, langit yang cerah.
Biru cintaku, begitu murni, begitu luas,
Samudera kepercayaan, tempat hati yang tulus tinggal.
Seperti ombak yang membesar, seperti bintang yang bersinar,
Cakrawala tak terbatas, di mana takdir bertemu.
Biru harapanku, seperti angin lembut,
Membawa bisikan melintasi lautan yang tak berujung.
Ia menenangkan badai, memperbaiki yang robek,
Membimbing jiwaku melewati malam yang sunyi.
Biru hidupku, mosaik yang penuh rahmat,
Di setiap rona ada cerita, di setiap baris ada jejak.
Meski kesedihan dan kebahagiaan berpadu,
Di kanvas biru yang luas ini, aku menemukan milikku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H