Berpuisilah Selagi Masih Ada Waktu
Berpuisilah selagi senja belum berlalu,
Saat angin menyapa daun dengan bisu.
Tak selamanya pena menari di atas kertas,
Di mana kata-kata merangkai jejak terbatas.
Berpuisilah selagi hati masih bergetar,
Menyelami rasa yang belum sempat terujar.
Tak ada yang tahu kapan detik terakhir,
Saat cinta dan rindu terbungkam tak berdesir.
Berpuisilah selagi bintang masih bersinar,
Menulislah tentang mimpi yang tak pernah pudar.
Di malam sunyi yang penuh harapan,
Biarlah puisi menjadi suara tanpa batasan.
Berpuisilah saat rintik hujan turun perlahan,
Mengiringi kenangan yang tenggelam dalam ingatan.
Tak semua cerita berakhir dengan riang,
Terkadang puisi adalah pelukan yang tenang.
Berpuisilah selagi hatimu masih berbicara,
Selagi masih ada kata yang ingin kau bawa.
Kisah hidup ini penuh warna dan nada,
Maka nyanyikanlah meski tak ada yang mendengarnya.
Berpuisilah sebelum waktu mencuri senyum,
Saat kehidupan berlari cepat tak terhitung.
Tulislah tentang cinta, luka, dan harapan,
Agar tak hilang tersapu oleh kealpaan.
Berpuisilah meski sepi mengiringi langkah,
Biarkan kata-kata menjadi penyejuk yang ramah.
Saat dunia diam dan waktu berhenti,
Puisi tetap hidup, mengalir di dalam hati.
Berpuisilah saat langit biru masih terbentang,
Sebelum awan kelabu datang menghampiri terang.
Biarlah syairmu menjadi nyala api kecil,
Menerangi gelap yang kadang tak terpikir.
Berpuisilah selagi mentari masih terbit,
Sebelum semua tenggelam dalam gelap yang pekat.
Tulis semua tentang cinta yang pernah mengikat,
Tentang rindu yang masih terus melekat.
Berpuisilah selagi tangan masih mampu,
Menggapai kata yang terurai dengan ragu.
Hidup ini hanya sementara singgah,
Maka rangkaikan puisi untuk menepis gundah.