Terpejam mata, terlelap dalam dekapan malam,
Waktu membelai lembut, membawa jiwa tenggelam.
Dalam mimpi aku tersesat di lorong kenangan,
Menyusuri detik-detik yang hilang tanpa harapan.
Waktu adalah selimut yang tak tampak,
Menyelimuti raga dalam tenang dan gelap.
Di antara detik yang perlahan berlalu,
Aku terlelap, menikmati belaian waktu.
Mengapa waktu terasa begitu lembut?
Membawa damai dalam sunyi yang tak berbatas.
Seolah dunia berhenti, hanya ada kita,
Aku dan waktu yang bersanding dalam diam.
Gelap malam merangkul hati yang lelah,
Menghapus penat yang menyisakan resah.
Di dalam buaian waktu yang tenang,
Aku terlelap, melayang tanpa bayang.
Dalam tidur, waktu bercerita pelan,
Tentang kisah lama yang terbungkus kenangan.
Aku terhempas di lautan mimpi,
Terlelap dalam belaian waktu yang misteri.
Detik demi detik menjadi alunan musik,
Membawa aku melintasi ruang yang klasik.
Waktu membelai seperti ibu yang lembut,
Menghantar tidur dalam damai yang syahdu.
Langit malam menjadi saksi yang sunyi,
Saat aku terlelap, menyusuri mimpi-mimpi.
Waktu tak pernah berhenti, ia terus berjalan,
Namun dalam tidur, kita seakan berdampingan.
Ada rindu yang terlepas di sela tidurku,
Mengalir bersama arus waktu yang tak terhitung.
Aku terlelap, hanyut dalam belaian,
Merasa aman di pelukan yang tak terjamah tangan.
Waktu adalah penenang jiwa yang gelisah,
Menghapus duka, menyisakan senyum yang megah.
Aku terlelap, tanpa rasa takut dan pilu,
Di bawah selimut malam yang biru.
Bintang-bintang berbisik, memeluk sepi,
Mengiringi tidurku dalam belaian mimpi.
Waktu mengalir, seakan tak bertepi,
Namun malam ini, aku tersimpan dalam abadi.