Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Kognisi: Ilmu tentang Cara Berpikir

2 November 2024   19:50 Diperbarui: 2 November 2024   21:15 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana manusia mampu memahami dunia di sekitar mereka, memecahkan masalah, atau menciptakan karya seni yang memukau? Proses di balik kemampuan luar biasa ini tidak semata-mata bawaan lahir, melainkan hasil dari mekanisme rumit dalam pikiran kita yang disebut kognisi. Kognisi bukan hanya sekadar berpikir atau mengingat; ia mencakup rangkaian proses mental yang membuat manusia mampu menganalisis, merencanakan, berinovasi, dan bahkan berimajinasi.

Namun, perjalanan untuk memahami kognisi, dari sekadar ide abstrak menjadi disiplin ilmiah yang kaya, adalah sebuah kisah panjang yang mencakup filsuf-filsuf Yunani kuno, ahli psikologi awal, hingga revolusi ilmiah di abad ke-20 yang memadukan berbagai bidang keilmuan. Dari Plato yang memikirkan hakikat pengetahuan hingga Noam Chomsky yang mengungkap misteri bahasa, pencarian jawaban atas pertanyaan "Bagaimana manusia berpikir?" telah menginspirasi generasi demi generasi.

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi asal-usul ilmu kognisi, bagaimana ia tumbuh dari diskusi-diskusi filsafat klasik hingga menjadi ilmu modern yang menggabungkan psikologi, ilmu saraf, dan teknologi. Kita juga akan melihat bagaimana kontribusi para pionir seperti Chomsky, Simon, dan Miller mengubah cara pandang kita terhadap kemampuan berpikir manusia, membawa pemahaman yang lebih dalam tentang otak dan potensi tanpa batas yang dikandungnya.

Kognisi adalah salah satu bidang menarik yang membahas bagaimana manusia berpikir, memproses informasi, dan membuat keputusan. Meski sebagai disiplin ilmiah modern, ilmu kognisi berkembang pesat pada abad ke-20, konsep-konsep mendasarnya sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lalu.

Awal Mula: Filsafat Klasik hingga Psikologi Awal

Kita bisa menelusuri gagasan tentang kognisi hingga ke filsafat Yunani kuno. Tokoh besar seperti Plato dan Aristoteles telah lama memikirkan tentang bagaimana manusia memahami dan belajar. Aristoteles, misalnya, mengemukakan konsep tabula rasa, yang menggambarkan pikiran manusia sebagai lembaran kosong yang diisi oleh pengalaman. Pemikiran ini membuka diskusi tentang peran pengalaman dalam pembelajaran dan pengolahan informasi.

Masuk ke abad ke-19 dan awal abad ke-20, psikologi mulai dipelajari sebagai ilmu yang lebih eksperimental. Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman, yang menandai awal dari psikologi modern. Pendekatan introspektif Wundt mencoba menganalisis pengalaman sadar secara langsung, sementara William James di Amerika Serikat, melalui karyanya The Principles of Psychology, menulis tentang kesadaran dan bagaimana pikiran bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Karya-karya ini membangun landasan bagi studi tentang kognisi, meski masih berfokus pada aspek-aspek yang berbeda dari pendekatan yang lebih modern.

Revolusi Kognitif: Titik Balik di Abad ke-20

Pada awal abad ke-20, behaviorism atau perilakuisme mendominasi dunia psikologi. Tokoh seperti John B. Watson dan B.F. Skinner menekankan studi tentang perilaku yang dapat diamati dan menolak penelitian tentang proses mental, yang dianggap tidak dapat diukur secara langsung. Namun, pada pertengahan abad ke-20, pendekatan ini mulai dianggap terbatas. Banyak ilmuwan menyadari bahwa memahami pikiran manusia memerlukan lebih dari sekadar pengamatan perilaku eksternal.

Di sinilah revolusi kognitif dimulai. Salah satu katalis utama adalah Noam Chomsky, seorang ahli linguistik yang pada 1959 mengkritik teori B.F. Skinner tentang akuisisi bahasa. Chomsky berpendapat bahwa kemampuan berbahasa manusia terlalu kompleks untuk dijelaskan hanya dengan teori pengkondisian. Dia menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan bawaan untuk memahami struktur bahasa, yang menunjukkan adanya proses mental yang tidak dapat dijelaskan oleh behaviorisme.

Herbert Simon dan Allen Newell, dua tokoh yang juga memainkan peran besar dalam revolusi kognitif, mengembangkan program komputer seperti Logic Theorist dan General Problem Solver yang mencoba meniru pemikiran manusia dalam memecahkan masalah. Penelitian mereka membantu mengubah cara pandang tentang kognisi sebagai proses pemrosesan informasi yang mirip dengan cara kerja komputer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun