Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Hilirisasi dalam Debat Imajiner Faisal Basri Vs Luhut Dipandu Joseph Stiglitz

27 Oktober 2024   02:57 Diperbarui: 27 Oktober 2024   03:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moderator : Joseph Stiglitz

"Selamat datang di debat hari ini! Nama saya Joseph Stiglitz, dan saya berasal dari Amerika Serikat. Saya adalah seorang ekonom yang pernah menjabat sebagai Kepala Ekonom di Bank Dunia dan meraih Penghargaan Nobel dalam Ekonomi pada tahun 2001. Saat ini, saya mengajar di Columbia University dan juga aktif dalam berbagai penelitian mengenai isu-isu ekonomi global, termasuk pembangunan dan ketidaksetaraan.

Hari ini, kita akan mendiskusikan topik yang sangat penting untuk masa depan perekonomian Indonesia: 'Efektivitas Hilirisasi Tambang dan Dampaknya pada Lingkungan serta Perekonomian Nasional.' 

Kita memiliki dua pembicara hebat di sini. Pertama, Faisal Basri, seorang ekonom independen yang terkenal dengan kritik tajamnya terhadap kebijakan hilirisasi, dan kedua, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, yang merupakan pendukung utama hilirisasi tambang.

Saya sangat menantikan diskusi yang mendalam dan bermakna ini, di mana kita tidak hanya akan mempertimbangkan manfaat ekonomi, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Mari kita mulai!, dengan mendengarkan Pidato Pembukaan dari Faisal Basri."

 Faisal Basri :+

"Terima kasih, Joseph. Saya senang bahwa topik ini mulai dibahas lebih dalam, karena kita sedang bicara masa depan ekonomi sekaligus lingkungan Indonesia. Data yang ada di depan kita menunjukkan angka-angka yang sulit diabaikan: Indonesia memang mengalami peningkatan nilai ekspor nikel, mencapai Rp510 triliun pada tahun 2024.

 Tetapi, di mana dampaknya pada kesejahteraan rakyat? Kita lihat APBN, defisitnya melebar hingga Rp1.000 triliun lebih. Ini seperti memanjat tangga yang tak berujung, kita hanya menguntungkan pihak asing yang mengontrol investasi hilirisasi ini.

Lebih jauh lagi, hilirisasi tambang membawa efek buruk pada lingkungan. Setiap tahun, perusahaan tambang meninggalkan puluhan ribu hektar lahan rusak yang harus kita rehabilitasi. Dari laporan Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan biaya rehabilitasi lahan tambang mencapai lebih dari Rp500 miliar per tahun. Beban ini akhirnya harus ditanggung oleh APBN, bukan oleh perusahaan asing."

Tanggapan Luhut Binsar Pandjaitan

"Terima kasih, Faisal, atas kritik yang tentu didasari oleh semangat untuk kemajuan Indonesia. Tapi saya harus jelaskan, kita ini sedang dalam proses jangka panjang yang memang tidak mudah. Ketika hilirisasi dijalankan, kita bukan hanya menargetkan ekspor mentah, tapi membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan negara, dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun