"Saya mengerti ketakutan Anda, Kant. Namun, berpikir bahwa kita bisa memiliki moralitas yang tidak bergantung pada konteks adalah sebuah ilusi. Sejarah manusia adalah perjalanan yang panjang, dan pemahaman moral kita terus berkembang. Apa yang penting adalah bagaimana setiap era memahami kebenaran. Proses dialektika ini adalah upaya kolektif kita dalam mencari kebenaran yang lebih tinggi, sesuatu yang berubah dan meningkat seiring waktu.
Aristoteles (tertawa kecil):
"Kalian berdua begitu teguh pada pandangan masing-masing, ini benar-benar menyegarkan. Hegel, seolah-olah Anda berpendapat bahwa moralitas adalah sesuatu yang 'berproses'. Tapi jika begitu, apakah ada batas yang jelas? Bagaimana kita bisa tahu kapan moralitas telah mencapai puncaknya atau bahkan sebuah kebenaran yang mutlak?"
Hegel:
"Itu pertanyaan yang sangat bagus, Aristoteles. Sebenarnya, tidak ada akhir absolut dalam sejarah moralitas. Setiap era akan selalu memiliki tantangannya sendiri. Tapi proses dialektika ini adalah upaya kita untuk menuju kesadaran yang lebih tinggi. Jadi, moralitas tidak pernahh berhenti berkembang. Inilah yang saya maksud dengan 'Roh Absolut', kesadaran kita akan kebenaran yang terus mendekati pencerahan penuh, meskipun mungkin tak pernah benar-benar kita capai."
Kant (menggeleng dengan senyum tipis):
"Tepat di situlah pandangan kita bertentangan, Hegel. Saya percaya bahwa moralitas sudah ada dan kita hanya perlu menemukannya, bukan menciptakannya. Manusia, dengan rasio mereka, dapat memahami prinsip-prinsip yang abadi. Memang, sejarah memiliki dampaknya, tetapi itu tidak bisa menggantikan prinsip-prinsip etis yang universal. Jika moralitas terus berubah, maka bagaimana kita bisa menentukan apa yang benar dan salah?"
Hegel (tertawa kecil):
"Kant, moralitas tidak ditentukan hanya melalui refleksi di ruang yang tenang! Moralitas adalah perjuangan yang dilakukan dalam sejarah, pertempuran antara keyakinan yang berlawanan, sebuah dialektika di mana manusia menemukan 'kebenaran' melalui konflik dan resolusi. Hanya melalui konteks inilah moralitas menemukan bentuk nyatanya."
Aristoteles:
"Kalian tampaknya sudah benar-benar berbeda pandangan. Kant, Anda percaya moralitas itu tetap dan bisa ditentukan oleh akal. Hegel, Anda berpendapat moralitas berkembang seiring perubahan zaman dan perdebatan sejarah. Namun, izinkan saya bertanya: apakah ini berarti keduanya tidak dapat dipertemukan? Mungkinkah prinsip universal Kant dapat menjadi dasar, sementara perubahan sosial yang dimaksud Hegel berperan sebagai pengingat agar kita tidak kehilangan pemahaman terhadap prinsip tersebut?"