Moderator
Aristoteles membuka debat:"Para hadirin, hari ini kita berkumpul untuk menyaksikan diskusi luar biasa antara dua raksasa pemikiran tentang moral : hadir bersama kita sang maestro Imanuel Kant, yang mendasarkan moralitas pada prinsip universal, dan si jenius Hegel, yang memandang moral sebagai hasil dari perkembangan historis dan sosial. Saya, Aristoteles, akan menjadi moderator dan, tentu saja, mungkin akan menambahkan sedikit pandangan eudaimonia dari saya sendiri. Mari kita mulai dengan Kant."
Kant:
"Terima kasih, Aristoteles. Saya ingin menyatakan bahwa moralitas sejati harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang mutlak dan tidak tergantung pada kondisi atau hasil. Bagi saya, ada yang disebut imperatif kategoris, aturan yang mengatakan kita harus bertindak hanya berdasarkan maksud yang dapat kita jadikan hukum universal. Misalnya, jika saya ingin berbohong, saya harus bertanya: dapatkah berbohong ini diterima sebagai hukum yang berlaku untuk semua orang? Jika tidak, maka tindakan tersebut salah. Dengan kata lain, moralitas itu bersifat absolut dan independen dari sejarah atau konteks sosial."
Hegel (tersenyum kecil, lalu berbicara):
"Ah, Kant, selalu memandang moralitas sebagai sesuatu yang mandiri dari waktu dan tempat. Namun, coba pikirkan ini: tidak ada aturan moral yang berkembang dalam ruang hampa. Moralitas lahir dari interaksi kita dalam masyarakat dan bergerak melalui proses dialektika sejarah. Apa yang kita anggap benar atau salah, baik atau buruk, terus berkembang seiring masyarakat kita berkembang. Jadi, imperatif Anda mungkin terdengar indah, tetapi itu mengabaikan kenyataan bahwa moralitas hanya bermakna dalam konteks sosial yang dinamis."
Aristoteles:
"Hegel, saya memahami pandangan Anda tentang perubahan moralitas melalui dialektika sejarah. Namun, apakah itu tidak mengarah pada relativisme moral? Apakah yang dianggap benar di satu zaman bisa menjadi salah di zaman lain? Kant, bagaimana pendapat Anda mengenai kemungkinan bahwa moralitas berubah sesuai konteks?"
Kant:
"Justru itulah masalahnya, Aristoteles! Jika moralitas berubah-ubah mengikuti perkembangan sejarah atau selera masyarakat, maka tidak akan ada fondasi yang kokoh untuk etika. Hegel, Anda menyebut bahwa moralitas lahir dari masyarakat, tetapi masyarakat sering salah , seperti dalam kasus perbudakan atau tirani. Moralitas yang sejati harus bersandar pada akal dan prinsip universal, tidak tergantung pada sejarah atau norma sementara."
Hegel (menyeringai):