Di balik langit yang pucat kelabu,
Kita berjalan, tanpa tujuan baru,
Lapar adalah teman yang tak pernah hilang,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak lebih dari itu.
Dulu mimpi terbang tinggi di angkasa,
Kini tersapu oleh derita yang melata,
Tak ada harapan, tak ada masa depan,
Yang ada hanya perjuangan tanpa kenangan.
Malam menanti dengan perut yang kosong,
Esok tak menjanjikan senyum yang datang,
Setiap langkah adalah beban yang mengikat,
Tangan menadah, nasib yang kian rapat.
Apa arti hidup selain bertahan?
Apa arti mimpi jika hanya bayangan?
Di sudut-sudut kota, kemiskinan mengintai,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak ada yang lain.
Dalam gemuruh dunia yang tak peduli,
Kita hanya butiran, hilang dalam sunyi,
Masa depan terkubur dalam kesepian,
Sekarang kita hidup untuk makan, tanpa pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H