Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekarang Kita Hidup untuk Makan

24 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 24 Oktober 2024   15:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik langit yang pucat kelabu,
Kita berjalan, tanpa tujuan baru,
Lapar adalah teman yang tak pernah hilang,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak lebih dari itu.

Dulu mimpi terbang tinggi di angkasa,
Kini tersapu oleh derita yang melata,
Tak ada harapan, tak ada masa depan,
Yang ada hanya perjuangan tanpa kenangan.

Malam menanti dengan perut yang kosong,
Esok tak menjanjikan senyum yang datang,
Setiap langkah adalah beban yang mengikat,
Tangan menadah, nasib yang kian rapat.

Apa arti hidup selain bertahan?
Apa arti mimpi jika hanya bayangan?
Di sudut-sudut kota, kemiskinan mengintai,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak ada yang lain.

Dalam gemuruh dunia yang tak peduli,
Kita hanya butiran, hilang dalam sunyi,
Masa depan terkubur dalam kesepian,
Sekarang kita hidup untuk makan, tanpa pilihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun