Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekarang Kita Hidup untuk Makan

24 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 24 Oktober 2024   15:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik langit yang pucat kelabu,
Kita berjalan, tanpa tujuan baru,
Lapar adalah teman yang tak pernah hilang,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak lebih dari itu.

Dulu mimpi terbang tinggi di angkasa,
Kini tersapu oleh derita yang melata,
Tak ada harapan, tak ada masa depan,
Yang ada hanya perjuangan tanpa kenangan.

Malam menanti dengan perut yang kosong,
Esok tak menjanjikan senyum yang datang,
Setiap langkah adalah beban yang mengikat,
Tangan menadah, nasib yang kian rapat.

Apa arti hidup selain bertahan?
Apa arti mimpi jika hanya bayangan?
Di sudut-sudut kota, kemiskinan mengintai,
Sekarang kita hidup untuk makan, tak ada yang lain.

Dalam gemuruh dunia yang tak peduli,
Kita hanya butiran, hilang dalam sunyi,
Masa depan terkubur dalam kesepian,
Sekarang kita hidup untuk makan, tanpa pilihan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun