Surga dalam Paradiso digambarkan sebagai sembilan lapisan (juga disebut sebagai "sphere"), yang melingkari bumi dan mewakili tingkat kebahagiaan serta kedekatan dengan Tuhan. Setiap lapisan dihuni oleh jiwa-jiwa yang memiliki kebajikan tertentu atau yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang suci.
Devine Comedy sebagai karya epik  Dante  oleh para kritikus sangat dihormati karena menggambarkan hal hal yang prinsip dalam hidup perjalanan hidup manusia antara lain : .
1. Teologi dalam Divine Comedy: Jalan Menuju Keselamatan
Secara keseluruhan, Divine Comedy adalah perjalanan spiritual Dante melalui tiga alam kehidupan setelah mati: Inferno (neraka), Purgatorio (purgatorium), dan Paradiso (surga). Dalam konteks teologi, karya ini menggambarkan perjalanan manusia untuk mencapai keselamatan jiwa, yang hanya dapat tercapai melalui penebusan dosa dan kasih karunia Tuhan.
Dante menggambarkan neraka sebagai tempat hukuman kekal bagi mereka yang tidak bertobat, dengan berbagai lapisan yang menunjukkan hukuman untuk berbagai dosa. Purgatorium adalah tempat bagi jiwa-jiwa yang telah bertobat tetapi masih harus menyucikan diri sebelum masuk surga. Di surga, Dante mencapai puncak spiritualitas dan bersatu dengan Tuhan.
Menurut ahli teologi dan filsuf, Giuseppe Mazzotta, Divine Comedy merupakan "narasi teologi yang dikemas dalam seni puitis, di mana pandangan Dante tentang cinta ilahi dan keadilan menjadi pusat dari pengalaman spiritualnya." Karya ini tidak hanya mengajarkan penebusan personal tetapi juga mengkritik kekuasaan spiritual yang korup, seperti para pemimpin Gereja yang disinggung secara eksplisit di dalam Inferno.
2. Perspektif Politik: Kritik terhadap Kekuasaan Sekuler dan Gerejawi
Pada zamannya, Dante hidup dalam ketegangan antara otoritas kekaisaran dan Gereja Katolik. Konflik politik di Italia mempengaruhi banyak aspek kehidupannya, termasuk pengasingannya dari Florence akibat pertarungan faksi antara Guelfi (pendukung Paus) dan Ghibellini (pendukung kekaisaran). Dalam Divine Comedy, Dante sering menyuarakan kritik terhadap pemimpin politik dan agama yang dianggap korup.
Di Inferno, Dante menempatkan banyak tokoh sejarah terkenal, termasuk Paus Bonifasius VIII, dalam siksa neraka. Tokoh-tokoh tersebut dianggapnya sebagai pengkhianat ideal politik yang ia junjung, yaitu perdamaian dan keadilan. Dante juga menggambarkan sosok Kaisar Romawi, Henry VII, sebagai figur mesianik yang ia harapkan bisa membawa kedamaian politik ke Italia.
Harold Bloom, seorang kritikus sastra terkemuka, mengatakan bahwa Divine Comedy adalah "salah satu karya paling politis dalam sejarah sastra Barat." Dante menggunakan karya ini untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap rezim politik pada masanya, sekaligus memberikan pandangannya tentang bentuk pemerintahan yang adil. Melalui narasi epik ini, Dante menawarkan gambaran tentang utopia politik di mana kekuasaan sekuler dan spiritual seimbang dalam keharmonisan.
3. Filsafat: Mencari Makna Hidup dan Moralitas Universal