Mentari yang Beku dan Tak Menghangatkan Lagi
Di pagi yang redup, mentari terbit,
Namun sinarnya tak lagi hangat,
Dingin menyelimuti setiap sudut,
Menghapus jejak harapan yang kuat.
Langit kelabu tanpa senyum ceria,
Awan tebal menutupi cahaya,
Mentari yang dulu membakar jiwa,
Kini membeku, dalam hampa dan gulana.
Waktu berlalu dalam kesunyian,
Membawa hari tanpa warna dan rasa,
Harapan yang pernah jadi tujuan,
Hilang perlahan, tersapu masa.
Dedaunan gemetar dalam angin,
Meratapi mentari yang tak peduli,
Dingin menyusup ke dalam batin,
Meninggalkan jejak yang tak terperi.
Namun di balik dinginnya pagi,
Ada kerinduan yang takkan mati,
Meski mentari tak menghangatkan lagi,
Impian baru kan selalu lahir di hati.
Karena dalam setiap malam yang kelam,
Ada fajar yang menanti di depan,
Meski harapan kini sirna,
Mentari pasti kan kembali membara di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H