Mohon tunggu...
RUDHIANA SALAM
RUDHIANA SALAM Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sawo di Tasikmalaya Selatan Melimpah. Petani Untung?

28 Desember 2022   08:37 Diperbarui: 28 Desember 2022   19:02 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wilayah Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan (Tasela) khususnya di Kecamatan Cikalong tidaklah sulit untuk menemukan pohon sawo yang jumlahnya mendominasi secara keseluruhan pohon sawo yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah ini berbatasan langsung dengan pantai selatan pulau Jawa. Jika merujuk berdasarkan data yang ada, jumlah pohon sawo yang ada di Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 41.376 pohon dan menempati urutan kedua setelah Kabupaten Sumedang dengan jumlah yang lebih besar yaitu 59.926 pohon (Dinas TPH Jabar:2021). 

Sawo merupakan buah-buahan yang rasanya manis, menyegarkan dan menyehatkan, hal tersebut karena sawo mengandung karbohidrat terutama adalah glukosa 4,2 gram/100 gram daging buah dan fruktosa 3,8 gram/100 gram daging buah sawo. (BBPTP Kementan :2019)

Sampai dengan saat ini belum diketahui kapan sawo yang bernama Latin (Manilkara Zapota) pertama kali ditanam di wilayah ini. Penanaman pohon sawo di wilayah ini umumnya dengan cara sederhana yaitu mencangkok yang kemudian menanam kembali ditempat yang diinginkan. Sebagian masyarakat ada yang menanam pohon sawo di pekarangan rumah karena menginginkan akses yang lebih mudah dijangkau. Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang menanam pada kebun yang dimiliki. 

Tidak dipungkiri wilayah ini sudah identik dengan "Sawo-nya" yang khas dan berasa manis. Bahkan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Cikalong yang telah pindah menetap ke luar daerah misalnya Kota Tasikmalaya ketika mudik ke kampung halaman mencari buah sawo untuk dijadikan oleh-oleh. 

                                                                                                                    

Biasanya petani menjual sawo kepada para tengkulak. Bagi para petani yang membutuhkan uang sebelum masa panen ada yang terpaksa menjual dengan uang dimuka dan harga yang ditentukan oleh tengkulak. Para tengkulak ada yang membeli sawo dengan sistem borongan. Selain itu ada juga tengkulak yang mengirim para pegawainya untuk berkeliling ke kebun petani untuk mencari buah sawo yang sudah layak untuk dipanen. Sawo yang dipetik belum terlalu matang dengan kondisi kulit yang masih keras agar tidak mudah rusak. Sawo yang dipetik kemudian dibersihkan dengan cara digosok sampai kulitnya halus dengan menggunakan alat yang tradisional yaitu alat sederhana semacam lap maupun sabut kelapa.

Selama ini sawo dari Kecamatan Cikalong kebanyakan dikirim ke pasar induk Caringin di Bandung, Jawa Barat. Selain itu ada juga yang dikirim ke beberapa wilayah di Jawa Tengah. Umumnya buah sawo yang diangkut dikemas menggunakan karung tanpa dilakukan klasifikasi berdasarkan mutu (grading). Hal ini dapat mengakibatkan adanya potensi kerusakan buah sawo selama dalam perjalanan. 

Patut disayangkan untuk jenis buah yang satu ini, para petani mendapatkan harga yang bisa dikatakan belum cukup tinggi. Para petani hanya menjadi penerima harga (price taker) bukan menjadi pencipta harga (price maker). Di tingkat petani mendapatkan harga di tertinggi pada harga di kisaran Rp. 7.000/ kg namun itu tidak berlangsung lama, hanya ketika pada awal musim panen saja dan permintaan sedang tinggi namun ketika sawo sudah melimpah harga menjadi turun bahkan para petani harus rela menjual kepada para tengkulak dengan harga yang seadanya yaitu di kisaran Rp 2.000/kg. Pada saat harga sedang turun inilah ada sebagian para petani sawo yang memilih untuk tidak dijual melainkan untuk dikonsumsi secara pribadi ataupun diberikan kepada orang lain.

Stakeholder terkait seharusnya perlu memberikan bimbingan kepada para petani agar sawo yang tersebar merata pada beberapa desa di Kecamatan Cikalong ini dapat berkembang menjadi lebih baik lagi. Potensi lahan yang ada cukup memadai sehingga menjadi peluang  agar bisa meningkatkan produktivitas sawo. Selain itu, perlu juga diberikan dorongan kepada para petani agar penanganan pasca panen sawo dapat menjadi lebih baik.

Selama ini ada pengolahan lanjutan pada buah sawo di wilayah ini. Pemerintah dapat memberikan bimbingan teknis dengan mendatangkan para ahli agar sawo yang ada dapat menjadi bernilai ekonomis lebih tinggi sehingga petani dapat lebih meningkat lagi taraf penghasilannya. Selain itu diharapkan eksistensi pohon sawo di wilayah ini masih  ada  bahkah lebih meningkat dan waktu yang lama untuk dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Rudhiana Salam

Dosen  Jurusan Agribisnis UNSIL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun