Mohon tunggu...
Rudi Hartono
Rudi Hartono Mohon Tunggu... PNS -

Ingin seperti padi: Semakin berisi semakin merunduk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Kesuksesan Karier Jenderal Besar Soedirman, Nasution, dan Soeharto

5 Oktober 2015   12:22 Diperbarui: 5 Oktober 2015   12:32 1869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan penutup

Setelah rezim Orde Baru runtuh, muncul sejumlah kontroversi terutama kepada Soeharto. Itu misalnya dapat kita baca pada buku Seabad Kontroversi Sejarah, karya Asvi Warman Adam, yang antara lain mengulas peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, Gerakan 30 September, dan sebagainya. Sejumlah kontroversi tersebut dinilai sejumlah pihak dapat “menodai” kariernya yang cemerlang di bidang militer.

Penulis tak mau masuk terlalu jauh pada persoalan kontroversi tersebut. Biarlah yang lain saja yang mengulasnya. Sangat sulit bagi penulis menilai persoalan masa lampau dari sudut pandang masa kini.

Sepanjang pengetahuan penulis, ketiga Jenderal tersebut kait mengait satu dengan lainnya dan tidak pernah menonjolkan diri dan perannya; dan merendahkannya yang lain. Mereka pasti sadar keberhasilan dalam operasi militer tak lepas dari kerjasama unsur-unsur terkait. Patut diduga ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menonjolkan suatu figur dan terkesan merendahkan figur yang lain. Juga terkesan ada pihak-pihak yang ingin membenturkan Soeharto dengan Nasution.

Terlepas dari kekurangannya, sosok tiga jenderal Besar yang kita bicarakan ini memang benar dan terbukti telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan kiranya juga harta benda untuk membela bangsa dan negara yang sangat dicintainya.

Dengan membaca kisah-kisah mereka, sedikit banyak akan ada manfaat yang dapat yang diperoleh oleh gererasi sesudahnya. Semoga.

Bahan-bahan:
1. Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT), Jenderal Tanpa Pasukan Politisi Tanpa Partai. Perjalanan Hidup A.H. Nasution, Grafitipers, Cetakan Pertama, 1998, Jakarta;
2. Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, Otobiografi, G Dwipayana dan Ramadhan K.H, Terbitan PT. Citra Kharisma Bunda, Cetakan Kedelapan, 2008;
3. O.G.Roeder, Anak Desa Biografi Presiden Soeharto, Gunung Agung, Jakarta, 1976.
4. Abdul Gafur, Siti Hartinah Seharto Ibu Utama Indonesia, Penerbit PT. Citra Lamtoro Gung Persada, Jakarta, 1996, Cetakan Kesembilan;
5. Bakri A.G. Tianlean, Suka duka 28 tahun mengabdi bersama Jenderal Besar AH Nasution, Penerbit republika, cetkana 1, Jakarta, 2010.
6. David Jenkins, Soeharto dan Barisan Jenderal Orba Rezim Militer Indonesia 1975-1983, Komunitas Bambu, Jakarat, Cetakan Pertama, 2010.
7. karya Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah, Ombak, Yogyakarta,Cetakan Pertama, 2007;
8. Jenderal Spoor, Penerbit Buku Kompas, Cetakan Pertama, Jakarta, 2015
9. Majalah Suara Muhammadiyah No. 15 tanggal 1-15 Agustus 2015

10. https://id.wikipedia.org/wiki/Jenderal_Besar

Poto-poto: Wikipedia.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun