Mohon tunggu...
Rudi Hartono
Rudi Hartono Mohon Tunggu... PNS -

Ingin seperti padi: Semakin berisi semakin merunduk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jokowi Melawan Tatanan Dunia yang Mapan

6 Mei 2015   07:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amat menarik isi pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan peringatan Konferensi Asia Afrika di Bandung beberapa waktu yang lalu.

Walaupun gaya beliau berpidato tidak meledak-ledak seperti Bung Karno, tetapi isinya cukup pedas: mengkritik tatanan dunia yang selama ini dikuasai oleh segelintir negara Barat, yang menganggap negaranya lebih baik dalam segala hal dibandingkan dengan negara lainnya di dunia.

Salah satu yang dikritik Joko Widodo itu adalah jangan berharap banyak kepada badan dunia yang terkait dengan keuangan seperti IMF dan Bank Dunia untuk menata perekonomian dunia yang adil dan bermartabat.

Bantuan yang diberikan kepada dunia berkembang tidak pernah tulis. Mereka punya skenario dari kredit yang diberikannya itu, dengan memberikan syarat-syarat yang tak ada sangkut pautnya dengan dana yang dipinkam itu. Dalam konteks tersebut, benarlah ungkapan yang Barat yang menyatakan "Tak ada makan siang yang gratis.

Kita masih ingat ucapan Perdana Menteri Australia yang mengkait-kaitkan bantuan saat Tsunami dengan pembebasan warga negaranya dari jeratan hukum.

Dulu, Presiden Soekarno dianggap oleh negara berkembang sebagai pemimpin yang berani mengkritik kebijakan negara Barat ketika itu. Akibatnya Soekarno jadi terkenal di seluruh dunia tetapi juga dianggap sebagai ancaman. Karena itu segala sepak terjangnya haru diperhatikan. Untuk itu disusun berbagai skenario untuk menjatuhkannya. dan itu berhasil. Soekarno jatuh dari tampuk kekuasaan. Apa yang dicita-citakannya hancur dan berserakan seperti salju terkena panas.

Sekarang, Presiden Joko Widodo mencoba mengkritik tatanan dunia yang sudah mapan itu. Dalam konteks koreksi tentu kita sependapat dan mendukungnya. Tetapi, yang perlu diingat sungguh-sungguhnya beliau mau berbuat seperti Soekarno dulu? Atau hanya sekadar menyenangkan hati peserta delegasi Konferensi Asia - Afrika tersebut? Sudahkah dipertimbangkan akibat dari pidato tersebut?

Kelak waktulah yang akan berbicara...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun