Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Bersulang Terakhir"

2 Mei 2016   16:49 Diperbarui: 2 Mei 2016   18:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak biasanya kamu mengumpulkan kita semua di ruang makan malam itu. Empat gelas anggur tersedia di atas meja bundar. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.

"Dalam rangka apa ini?" Bill, salah satu dari tiga lelaki dalam rombongan ini bertanya. Sama sepertinya, aku dan Carl penasaran.

"Hanya ingin merayakan keberhasilan kita semua," katamu. Kita semua mengangkat gelas anggur masing-masing. "Tanpa kalian, mungkin aku akan masih berada di dalam penjara-"

"-dan kita masih akan tinggal di flat bobrok," sambung Carl.

Dan aku masih menjajakan diri di pinggir jalan, pikirku dengan masam. Ah...sudahlah, Ella, tegurku pada diri sendiri. Itu masa lalu sekarang.

"IMPIAN KITA TERKABUL!" serumu, sebelum kita berempat saling membenturkan gelas anggur. Cling! Bersulang.

Selesai menyesap anggur masing-masing, mendadak Bill dan Carl sama-sama mengeluarkan suara tercekik. Gelas anggur mereka terlepas dan pecah berhamburan di lantai, sebelum mereka pun ambruk seketika.

Kita berdua hanya mengamati dua lelaki bodoh itu menggelepar-gelepar di lantai seperti ikan-ikan tanpa air. Tak lama kemudian, mereka pun berhenti.

Mati...

"Mimpi yang indah," bisikmu dengan senyum keji. Lalu kamu berpaling padaku dan mendekat. Kurasakan lengan kekarmu di pinggangku. Mataku terpejam saat kamu menciumku.

"Sekarang hanya tinggal kau dan aku, Ella," gumammu puas. "Bagian kita lebih banyak sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun