Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"A Warrior Princess' Silent Scream"

11 April 2016   07:37 Diperbarui: 11 April 2016   07:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

She's still doing everything she can to keep that smile on your face
She'd rather suffer as a hypocrite than putting herself in disgrace
She knows her place
This is just one of those familiar days

It's all for you,
although her friends say she's important too
She still melts at the sight of your eyes so blue
What do they expect her to do?

She's never been anybody's fair princess
She's a lone warrior; her soul restless
Her constant battle against the same demon seems endless
When can she get out of this mess?

The demon of her past keeps charging back, ready to leave her scarred
It returns in the shape of her old broken heart
Why does she have to keep on playing the same damn part?
In her eyes, this unrequited love feels more like a piece of some grotesque art

She will always remember that night
You didn't have to spit it out
She'd seen your old love in your steel blue eyes, forever etched at your sight
Thankfully, she was strong and calm enough not to run and hide

Perhaps she'll still be doing the same,
playing that long and lonely game
Maybe she'll never gain much of a fame
A 'Love Martyr' could be her other middle name

There, once again she's banished that monster
Perhaps she's grown stronger,
although she may not always feel better
Maybe that's just the perk of being a lone warrior

Will she be able to see your smile again,
all without any stab of pain?
Immunity's what she's been after to stay sane
Let all these freshly-cut wounds within be washed away with rain

Still, in the back of her mind,
she keeps screaming for what she longs to find:

"Oh, immunity!
Please, hurry!
Do come to me
Be there cure to set me free,
so I'm no longer poisoned by such cruel, unjust jealousy!"

R.

Writer@work

(Jakarta, 9/4/2016 - 7:15 pm)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun