Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Catatan Terakhir"

16 April 2016   18:31 Diperbarui: 16 April 2016   18:33 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah manusia terakhir di kota ini. Saat ini, aku tengah bersembunyi dalam sebuah bunker di bawah lantai rumahku. Persediaan makanan menipis. Entah berapa lama lagi aku dapat bertahan sendirian begini. Bantuan belum juga datang. Peralatan komunikasi sudah dirusak semua dengan brutal.

            Ini mungkin akan menjadi catatan terakhirku. Di luar sana, anarki tengah merajalela. Lucunya, kali ini bukan gara-gara manusia.

            Maaf, tidak lucu sebenarnya. Mengerikan malah.

            Ada yang bilang, pemanasan global yang semakin parah memicu perubahan perilaku dan anomali fisik para binatang di luar sana. Sebuah lompatan evolusi yang ekstrim. Namun, ada juga yang berteori begini:

            Ini gara-gara program rahasia pemerintah berupa percobaan ilegal pada semua jenis binatang yang dapat mereka temukan di seluruh dunia. Entah bagaimana caranya, mereka telah menyuntikkan sel-sel yang dapat mengembangkan ‘kecerdasan buatan’ atau AI (Artificial Intelligence) ke dalam otak para binatang. Jika memang benar adanya, maka mereka telah berani menentang takdir dengan mengubah ciptaan Tuhan.

            Ya, aku berada di zaman semua binatang dapat berbicara, layaknya manusia. Besar, kecil, liar, jinak, berbisa, bercakar, berbulu, bersisik...semuanya. Seorang lelaki sampai mati terkena serangan jantung gara-gara anjing peliharaannya mendadak mengajaknya bicara.

            Lalu, serangkaian kekacauan pun tercipta. Rupanya, terlalu lama mereka menyimpan dendam, berabad-abad pula – dengan kisah-kisah penindasan manusia terhadap manusia yang diceritakan tiap generasi. Tahu-tahu banyak yang mogok, enggan menjadi binatang peliharaan. Berikutnya mereka menuntut hak pendidikan dan kesetaraan. Bahkan sampai ada partai khusus binatang di kancah politik segala.

            Ketika Singa akhirnya terpilih menjadi gubernur, keadaan benar-benar berubah – terbalik 180 derajat! Mereka ingin menghancurkan semua bangunan beton dan kembali membangun hutan belantara. Para napi di penjara dijadikan santapan singa, macan, dan para karnivora lainnya. Lumayan, tingkat kriminalitas akibat manusia langsung menurun tajam. Tapi...

            Manusia yang masih hidup adalah manusia yang ‘tunduk’. Menjadi budak, peliharaan, atau...

            “AAARRRGGGHHH!!!”

            Atap bunker jebol. Terdengar dengusan bercampur geraman. Buku tulis dan pena itu terjatuh di lantai, terciprat darah. Tak lama, terdengar debuman keras saat delapan pasang kaki besar meloncat kembali ke atas, meninggalkan bunker yang kini sunyi total...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun