Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Alasan di Balik Pemberian Kesempatan Kedua

24 Januari 2017   11:53 Diperbarui: 24 Januari 2017   21:39 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa Anda atau seseorang yang Anda kenal memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua, entah kepada sahabat yang pernah berkhianat atau mantan yang pernah mematahkan hati? Kelima (5) alasan di bawah ini bisa jadi berada di baliknya:

1. Masih ada rasa sayang dan keinginan agar orang itu tetap jadi bagian hidup mereka.

Terdengar sentimental memang. Beruntunglah bila Anda punya sosok seperti ini dalam hidup Anda, sebrengsek apa pun Anda. Bila Anda seperti ini, Anda akan dipuji sebagai orang berhati besar. Beruntunglah mereka yang memiliki Anda dalam hidup mereka.

Sayangnya, tipe ini juga dianggap lemah dan bodoh, karena mau saja terus-terusan dikerjai. Ibarat keledai yang jatuh ke dalam lubang yang sama, berkali-kali pula. Entah mereka yang selalu punya alasan di balik kebrengsekan sikap Anda atau Anda yang lagi-lagi terjebak pada ‘pesona lama’, hingga terancam ‘buta nalar’.

Saran: pernah dengar istilah ‘tough love’? Masih sayang sama mereka boleh, nggak ada yang berhak melarang. Bukannya mendendam, tapi ada baiknya mereka tetap diberi pelajaran yang bisa bikin mereka jera.

Jangan heran bila sikap mereka tidak lagi sama setelah kebrengsekan Anda yang ke sekian kali. Namanya juga manusia. Kadar kesabaran tiap orang berbeda-beda.

Jika Anda masuk ke dalam kategori ini, jangan lupa tetap memperhatikan diri sendiri. Jangan sampai terlalu sayang sama mereka bikin Anda malah merugi dan menumbalkan diri sendiri.

Cinta adalah pengorbanan sejati? Omong-kosong. Jika benar-benar sayang diri sendiri, justru jangan mau selalu diperlakukan seperti keset untuk membersihkan alas kaki. Lagi butuh dicari-cari, giliran kelar ditinggal seorang diri. Harus membersihkan ‘sisa-sisa kotoran’ yang mereka tinggalkan lagi.

2. Kesannya sudah memaafkan, padahal diam-diam ada agenda balas dendam.

Ini termasuk jenis yang menyeramkan. Ibaratnya ‘menghitung dosa’. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan orang lain, semakin banyak catatan tertanam dalam ingatan mereka. Semakin lama mereka disakiti oleh orang yang sama, maka semakin marah mereka…meski dalam diam.

Ujung-ujungnya bisa ditebak: pembalasan dendam mereka bakalan lebih kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun