Sate Klathak. Siapa yang belum pernah merasakan gurihnya panganan ini? Kalau kalian tinggal di Jogja tetapi belum pernah mencoba, maka sungguh kalian termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Sate Klathak hari ini telah menjadi ikon kuliner Daerah Istimewa Yogyakarta, sejajar dengan gudeg, angkringan dan oseng oseng mercon.Â
Puluhan warung Sate Klathak berdiri dan menawarkan resep khas andalannya sendiri-sendiri. Bagi yang belum mengetahui tentang kuliner ini, Sate Klathak terbuat dari daging kambing muda, ditusuk dengan ruji sepeda lalu dipanggang dengan bumbu yang minimalis. Seporsi Sate Klathak biasanya terdiri dari dua tusuk sate, seporsi nasi dengan teman semangkuk kuah gulai gurih.Â
Konon, kuliner ini diberi nama Sate Klathak karena saat dibakar, dagingnya berbunyi "klathak klathak". Uniknya dari Sate Klathak adalah penggunaan ruji sepeda, tidak seperti sate lainnya yang biasanya menggunakan tusuk dari bambu atau lidi. Ruji sepeda dipercaya bisa menghantarkan panas lebih sempurna sehingga daging matang merata.
Sedikit semi sedikit teman saya pun berdatangan. Sembari menunggu hidangan dan beberapa teman lain yang akan datang, saya menggunakan sedikit waktu itu untuk membaca buku yang disediakan di warung ini. Pengelola warung memang menyiapkan beberapa buku yang bisa kita baca. Buku tersebut ditempatkan disebuah tas kecil yang sangat nyeni dengan handlettering-nya yang sempurna.
Setelah semua berkumpul, kami lalu mengajak Mas To sang owner untuk sharing mengenai sejarah warung Nglathak ini. Berawal dari kesukaan kuliner kambing dan mencoba mengulik resep, beliau akhirnya berani membuka sebuah warung Sate Klathak. Warung ini berlokasi di sebelah utara Fakultas Teknik UNY tepatnya di Jl. Gambiran gg. Seruni. Berbeda dengan warung Sate Klathak lain yang biasanya berada agak jauh dari pusat kota, Nglathak hadir di tengah kota Jogja sehingga tidak perlu jauh jauh lagi kita untuk bisa menikmati kuliner kambing ini.
Menu unik yang saya temui di warung ini adalah Sate Klathak Mozarella. Tak pernah terpikir oleh saya untuk memodif kuliner tradisional ini, namun jujur saya bilang bahwa modifikasi ini berhasil. Sate Klathak dan Keju Mozarella ternyata sangat enak ketika digabungkan. Dagingnya empuk, bumbu meresap sampai dalam dan yang jadi poin plusnya adalah rasa kuah gulai yang tidak hambar dan kental.Â
Beberapa kali saya pergi ke warung Sate Klathak mendapati kalau dagingnya enak, namun kuah gulainya tidak mendapatkan perhatian serupa, terasa hambar dan encer. Menu menu andalan dari warung ini adalah Sate Klathak Original, Sate Klathak Mozarella, dan Sate Klathak Manis. Harganya pun terjangkau, seporsi Klathak Original dibanderol Rp. 18.000, cocok untuk mahasiswa bukan? Tak hanya menyuguhkan Sate Klathak saja, warung ini juga menyuguhkan kuliner kambing lainnya seperti gulai, tongseng, dan tengkleng.
Minuman yang ditawarkan disini juga unik, teh bunga telang namanya. Teh ini terbuat dari pucuk sebuah bunga yang ketika diseduh berwarna biru. Dalam penyajiannya, secangkir teh ini didampingi oleh sepotong jeruk limau. Ketika kita tambahkan jeruk tersebut, warna teh berubah menjadi ungu. Proses ini bisa terjadi karena perubahan dari Basa ke Asam katanya. Saya terkagum, hanya bisa melongo saja.