Akhir bulan lalu, tepatnya pada tanggal 29 April 2016 adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu para pencinta kopi di Jogjakarta. Pada hari itu, ada sebuah lomba menyeduh kopi yang diselenggarakan bernama "Threesome Aeropress Battle 2016". Alat menyeduh kopi yang digunakan dalam kompetisi ini bernama Aeropress.Â
Kegiatan ini diselenggarakan oleh komunitas pencinta kopi jogjakarta yang bernama BKVR.YK. Melihat ada pengumuman kompetisi ini, sayapun bergegas mendaftar. Dalam 1 jam setelah portal pendaftaran dibuka, 54 slot peserta lomba langsung habis. Keesokan harinya panitia menambah slot, hingga menjadi 81 peserta lomba. Biaya mengikuti kompetisi ini sebesar Rp. 100 ribu. Saya bukan barista, dan saya tidak bekerja di coffee shop ataupun bar.Â
Saya hanya penikmat kopi dan penyeduh teh di warung bernama gARTjita. Saya sangat antusias dengan ada acara ini karena dapat membuat saya mengenal lebih dalam mengenai kopi dan orang orang yang mempunyai minat yang sama dengan saya. Terlebih, ini merupakan kompetisi kopi pertama saya.
Setelah registrasi kami diberikan sebuah totebag yang isinya adalah kopi Bali Kintamani dari Kikova 250gr, kopi Ciwidey Halu dari BlackJava Roastery 250gr, & kaos merah Threesome Aeropress Battle. Kompetisi dimulai pada pukul 09.00, saya mendapatkan urutan no 38. Kompetisi ini sangat seru, antusiasme warga Jogja, khususnya para penikmat kopi sangat luar biasa. Walaupun cuaca saat itu sangat panas, tetapi halaman kantor Radar Jogja saat itu penuh !
Sebelum bertanding, kami dipersilahkan untuk cupping. Cupping adalah proses mencicipi kopi, dimana kita harus mengira-ngira rasa dari kopi tersebut. Kita sebagai peracik kopi harus bisa berpikir bagaimana cara mengeluarkan rasa terbaik dari kopi tersebut. Nama saya pun dipanggil, saya masuk ke medan perang.Â
Dalam satu ronde ada 3 station, 1 station ada 3 peserta. Jadi, dalam satu ronde yang dipilih untuk maju adalah 3 kopi terbaik, masing masing 1 yang terbaik dari setiap stationnya. Saya diberi waktu sekitar 2 menit untuk persiapan station. Alat-alat yang saya bawa adalah alat kopi yang saya gunakan sehari-hari, aeropress, porlex hand grinder, tongkat kayu, timbangan, dsb. Panitia sudah menyediakan air panas, grinder, dan bagi yang gak bawa aeropress, menyediakan aeropress juga. Tetapi saya tidak berani gambling dengan menggunakan grindernya panitia karena saya belum pernah menggunakannya.
Setelah selesai persiapan, kami lalu bertanding. Satu babak itu terdiri dari 8 menit. Saya lalu mengambil air, membasahi filter, memanaskan gelas, dan menggiling kopi. Lelah juga rasanya menggunakan hand grinder, sekitar 4 menit waktu saya habis untuk menggiling kopi, padahal peserta yang lainnya tak sampai 1 menit sudah selesai menggiling kopi. Setelah itu barulah saya menerapkan resep yang sudah saya coba (resep saya tuliskan dibawah). Kopi sudah jadi, saatnya penjurian.Â
Babak kedua adalah 27 besar. Kopi yang dipakai adalah Ciwidey Halu. Setelah cupping seperti babak pertama tadi, babak kedua dimulai. Saya mengulangi resep saya tadi, tapi saya tidak terlalu yakin, sepertinya over extract. Benar saja, saya gagal menembus 9 besar. Hal menyenangkannya, saya sudah mencapai target pribadi yakni tidak gagal di babak pertama, tapi tidak menyenangkannya saya tidak bisa lanjut ke babak selanjutnya. Lumayanlah.Â