Pagi ini aku pandangi punggung anakku yang mengayuh sepedanya di depanku. Kupandang pula adiknya dari kaca spion motorku. Aku teringat akan tanya Dari  pernah sahabat. " Apa kamu tidak ingin menyekolahkan anakmu ke pesantren ? " Tanyanya kepadaku. Karena dia sahabatku. Ku ceritakan semuanya kepadanya. Alasannya adalah faktor ekonomi. Ibarat kaki saat ini kami hanya punya satu kaki untuk bertumpu. Sekarang dia baru tahu bagaimana keadaanku sesungguhnya.Â
Entah mengapa, pertanyaan itu sungguh sangat menyayat hatiku. Sesungguhnya begitu besar aku ingin. Tapi....aku hanya kembali ingat dengan masa kecilku. Aku juga sangat ingin pergi nyantri dan mondok seperti sepupuku. Tapi kata ayah waktu itu, ayah tidak sanggup. Karena biaya.  Mungkin rasanya sama saat ini, bedanya anakku tidak minta. Tapi aku sangat percaya, doa orang tualah yang menjadikanku saat ini  menjadi terbaik versiku.Â
Hatiku merintih, basah pipiku disepanjang perjalanan. airmata tak bisa aku bendung. meratap, mengadu."Wahai Tuhanku, jadikan anak-anakku anak yang saleh. Meski doaku dari ibu yang sesungguhnya tak pantas untuk meminta. Tapi dari hati yang terdalam, semoga terkabul. Aamiin." Doa yang terucap sepanjang jalan.Â
Tapin,8 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H