Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Seberapa Efektifkah "Julid fii Sabilillah"?

19 Desember 2023   14:08 Diperbarui: 19 Desember 2023   14:13 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erlangga Greschinov, perintis gerakan Julid fii Sabilillah. (Suara.com)

Kritikan itu beliau tuangkan ke dalam surat kabar De Express yang dikelola oleh EFE Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi). Pada masa pasca-revolusi, surat kabar merupakan salah satu media perlawanan paling ampuh terutama ketika Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru. 

Pada abad ke-21, seiring dengan kemajuan teknologi informasi, internet dan media sosial mulai menggantikan peran surat kabar secara perlahan. Dengan demikian, media sosial maupun media online menjadi 'garda terdepan' dalam upaya perang urat saraf (psywar). 

Keduanya menjadi media propaganda untuk membangun citra positif dari suatu negara, apalagi negara tersebut terisolasi dalam lingkungan pergaulan internasional, seperti pemerintah Zionis Israel yang membayar para influencer untuk menyudutkan aktivis pro-Palestina maupun negara Palestina itu sendiri, sekaligus membangun citra positif dari negara 'Israel'. 

Seperti hukum fisika, jika benda tersebut memberikan sebuah aksi, maka muncullah sebuah reaksi dengan besaran yang sama. Begitupula ketika 'Israel' memobilisasi para influencer seperti Yoseph Haddad hingga Hananya Naftali, orang-orang Palestina maupun yang tinggal di sekitar Timur Tengah membuat sebuah gebrakan serupa, seperti membuat akun Instagram Eye on Palestine untuk mendokumentasikan bukti-bukti kekejaman tentara maupun pemerintah Zionis itu sendiri. Tidak hanya itu, aktivis pro-Palestina di Inggris membuat sebuah kantor berita Middle East Eye yang juga meng-cover kawasan Timur Tengah pada tahun 2014 lalu. 

Mampu meruntuhkan semangat juang musuh

Tentara zionis 'Israel' berduka karena teman-temannya tewas dalam perang. (CNBC Indonesia)
Tentara zionis 'Israel' berduka karena teman-temannya tewas dalam perang. (CNBC Indonesia)

Dalam pertempuran antara Mujahidin yang terdiri atas kaum Anshar dan Muhajirin melawan pasukan musyrikin Quraisy, para penyair seringkali diterjunkan oleh kedua belah pihak. 

Di pihak pasukan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, Hassan bin Tsabit radiyallahu 'anhu mengobarkan semangat jihad kaum Muslimin dengan syair-syairnya. Apalagi, pada masa Arab Jahiliyyah hingga proses konsolidasi Negara Madinah merupakan masa-masa jaya bagi sastra Arab.

Penggunaan syair-syair dalam peperangan juga dilakukan oleh para mujahidin Aceh yang mempertahankan tanahnya yang ingin direbut oleh Belanda, dengan nama Hikayat Prang Sabil. 

Syair ini membuat para petinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda berang, sampai-sampai gubernur militer Belanda di Aceh melarang pembacaan syair ini di kalangan masyarakat umum.

Hal itulah yang juga berlaku bagi gerakan 'Julid fii Sabilillah' yang akhir-akhir ini sedang viral di Twitter/X maupun Instagram. Gerakan yang dipimpin oleh Greschinov dan diikuti oleh para netizen Malaysia dan Turki ini sukses membuat tentara IDF kehilangan gairah untuk bertempur. Ada yang mengunci bahkan menghapus akun, namun ada juga yang balik mengancam orang-orang Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun